Buku : Menyusuri
Jejak Kehadiran Makassar dalam Sejarah
Penulis :
Mattulada
Penerbit :
Ombak, Yogyakarta, 2011
Jumlah Halaman :
xxvi + 219
Ukuran : 15 x 23
cm
ISBN :
978-602-8335-72-x
Makassar adalah
salah kota
di Nusantara yang telah melintasi masa ratusan tahun dengan segala dinamika
yang dilewatinya. Makassar juga termasuk salah satu kota yang banyak menjadi
obyek penulisan dan penelitian oleh para ilmuwan, sejarawan, ataupun
buadayawan. Buku ini salah satu diantaranya. Ditulis oleh seorang Guru Besar
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin, Prof. Mattulada. Buku ini
sebenarnya adalah penerbitan ulang, karena pernah diterbitkan sebelumnya yaitu
pada tahun 1982 di Makassar.
Buku yang terdiri dari 5 bab ini diawali
dengan Kata Pengantar dari Penerbit, Penulis, Glossarium (penjelasan dari kata
kata asing (Belanda) atau kata bahasa daerah (Makassar dan Bugis)), dan Kata
Pengantar dari Dias Pradadimara (Dosen Sejarah pada Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Hasanuddin) yang membahas tentang penulis buku Prof. Mattulada
sebagai Sejarawan, Makassar dalam Penulisan Sejarah, dan Mattulada dalam
Penulisan Sejarah.
Bab satu adalah Pendahuluan dijelaskan
tentang Makassar dengan segala dinamikanya selama berabad abad dan juga
sejarahnya. Ada pembahasan tentang Lintasan Peristiwa dalam Sejarah Gowa dimana
nama Makassar disebut sebut namanya
dalam naskah naskah kuno Negarakertagama yang ditulis oleh Prapanca. Suma
Orientale adalah catatan Tome Pires, adalah catatan sumber Eropa tertua yang
mencatat tentang Makassar. Pada bagian ini juga dibahas tentang konsepsi dan
pengertian Makassar, kelompok etnis dan sebutan Kerajaan Gowa – Tallo, dan ibukota kerajaan.
Bab kedua, adalah Makassar, ibukota kerajaan
Makassar. Letak geografis Makassar yang strategis, dari sudut pandang
geopolitik, Makassar sebagai kota bandar
niaga dan pangkal pertahanan kerajaan Makassar. Selanjutnya dibahas masa masa
pemerintahan pada raja Makassar ; Tumapa’risi’ Kallona (±1510-1546),
Tunipallangga (±1546-1565),
Tunibatta (±1565-1575),
Tunijallo (1575-1590), Tunipasulu’ (1590-1593), Sultan Alauddin (1593-1639),
Sultan Malikussaid (1639-1653), Sultan Hasanuddin (1653-1669). Pada masa
pemerintahan Sultan Alauddin, dijelaskan tentang penerimaan Islam sebagai agama
kerajaan. Juga ada pembahasan tentang penyebaran Islam ke seluruh Sulawesi
Selatan. Selajutnya ada pembahasan tentang kontak kontak awal dengan VOC
(Belanda). Banyak konflik dan perang antara pasukan Sultan Hasanuddin dengan
pasukan Belanda dalam bab ini, misalnya penyerangan tentara Belanda di pulau
Buton. Dibahas pula tentang Cappaya Ri Bungayya, atau lebih dikenal dengan nama
Perjanjian Bungayya.
Bagian ketiga adalah Makassar dalam
Peralihan. Masa masa ini adalah masa terberat bagi kerajaan Makassar yaitu Gowa
dan Tallo. Akibat perjanjian Bungayya ini, hampir semua sendi kehidupan
dikerajaan Gowa dan Tallo diambil alih oleh kompeni Belanda, misalnya Benteng
Ujungpandang diambilalih dan diubah namanya menjadi Fort Rotterdam dan kampung
kampung disekitarnya dinamai Stad Vlaardingen. Pada masa peralihan ini, juga
disebutkan bahwa orang orang Melayu-lah yang menjadi warga Makassar yang
terkemuka dibanding dengan warga Makassar atau Bugis.
Bab keempat adalah Makassar Sebagai Mata
Rantai (Dalam) Pergolakan Nusantara. Pada bagian ini kembali dibahas tentang asal mula munculnya
kerajaan Makassar (Gowa dan Tallo), kemerosotan Kerajaan Majapahit, pandangan
hidup baru yang dibawa oleh agama Islam, anak anak Makassar melanjutkan
perjuangan ke tanah Jawa, tentang Syech Yusuf di Jawa Barat. Pembahasan lain
yang menarik adalah tentang Semangat kebangsaan
dan kebebasan Nusantara berhadapan dengan Semangat Imperialisme Eropa.
Bagian terakhir membahas tentang Determinasi
Waktu dan Tempat Kehadiran Makassar Dalam Menyejarah. Pada bagian ini ada
tentang tempatnya dalam babakan waktu sejarah, penilaian data untuk menjadi
tonggak terpenting, 9 November 1607 tonggak peristiwa kehadiran Makassar,
dan Dari Makassar ke Makassar.
Buku ini juga dilengkapi dengan foto foto
hitam putih, ada foto Lambang Kota Praja Makassar dari Nederland
Scheepvaartmuseum Amsterdam, foto Makam Syech Yusuf di Katangka, Gowa, foto
Cornelis Speelman, Fort Rotterdam, Pulau Makassar di Buton (Sulawesi Tenggara),
Sultan Hasanuddin dan Arung Palakka, Makam Dato’ Ri Bandang, Makam Sultan
Hasanuddin dan Raja Raja Gowa lainnya, Masjid Katangka, dan lain lain. Juga ada
beberapa peta sebagai pelengkap buku ini.
Pada bagian akhir buku, ada Indeks yang
memudahkan pembaca mencari kata kunci topik yang diminati dan ingin dibaca, dan
juga ada daftar pustaka dimana penulis menggunakan beberapa bahan pustaka
rujukan dalam penulisan buku ini. Daftar pustaka ini juga dapat dicari dan
digunakan oleh pembaca untuk dijadikan bahan rujukan dan penelitian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar