Buku "Jejak Arung Palakka di
Negeri Buton" ditulis oleh Abdul Rahman Hamid, diterbitkan oleh Pustaka
Refleksi, Makassar 2008, dengan jumlah halaman 80.
Pada bagian awal buku ini, dibahas tentang bagaimana "berpikir historis" dimana penulis mengutip pendapat Sam Wineburg (2005) yang mengatakan bahwa cara berpikir historis mengajarkan mengenai apa yang telah terjadi dimasa lalu untuk menjawab persoalan kekinian dan yang akan datang. Penulis juga mengutip Sejarawan Inggris E.H. Carr (1987) yang mengatakan bahwa mengkaji masa lalu adalah sebuah dialog yang tak pernah berkesudahan antara sejarawan dengan masa lalu dan sumber sumbernya.
Pada bagian selanjutnya digambarkan tentang bagaimana kemelut politik di Sulawesi Selatan pada abad ke-16, kemudian Islamisasi dan ekspansi kekuasaan pada abad ke-17. Pada bagian ketiga diberi judul 'perdagangan dan perebutan ruang samudra', dimana ada perdagangan rempah rempah, juga bagaimana pemerintahan Barata Buton dan langkah langkah politik VOC.
Selanjutnya ada pembahasan tentang bagaimana Arung Palakka menegakkan "siri" dan kedatangan rombongan Arung Palakka ke pulau Buton, dan juga bagaimana terjadinya perang Makassar.
Pada bagian akhir dikisahkan tentang bagaimana peninggalan Arung Palakka di Buton, misalnya adanya kampung Bugis, Goa Arung Palakka, Pulau Makassar, dan banyak lagi.
Bagi anda mahasiswa terutama jurusan Sejarah, Arkeologi, Sosiologi dan jurusan lainnya yang berminat mengkaji lebih dalam tentang Arung Palakka, atau ingin sekedar menambah pengetahuan tentang kerajaan kerajaan di Indonesia Timur pada abad ke-16 dan ke-17, maka buku ini tepat untuk dijadikan bahan rujukan atau referensi. Buku ini tersedia di Perpustakaan Abdurrasyid Dg. Lurang, Sungguminasa atau di perpustakaan kabupaten kota serta provinsi lainnya.
Pada bagian awal buku ini, dibahas tentang bagaimana "berpikir historis" dimana penulis mengutip pendapat Sam Wineburg (2005) yang mengatakan bahwa cara berpikir historis mengajarkan mengenai apa yang telah terjadi dimasa lalu untuk menjawab persoalan kekinian dan yang akan datang. Penulis juga mengutip Sejarawan Inggris E.H. Carr (1987) yang mengatakan bahwa mengkaji masa lalu adalah sebuah dialog yang tak pernah berkesudahan antara sejarawan dengan masa lalu dan sumber sumbernya.
Pada bagian selanjutnya digambarkan tentang bagaimana kemelut politik di Sulawesi Selatan pada abad ke-16, kemudian Islamisasi dan ekspansi kekuasaan pada abad ke-17. Pada bagian ketiga diberi judul 'perdagangan dan perebutan ruang samudra', dimana ada perdagangan rempah rempah, juga bagaimana pemerintahan Barata Buton dan langkah langkah politik VOC.
Selanjutnya ada pembahasan tentang bagaimana Arung Palakka menegakkan "siri" dan kedatangan rombongan Arung Palakka ke pulau Buton, dan juga bagaimana terjadinya perang Makassar.
Pada bagian akhir dikisahkan tentang bagaimana peninggalan Arung Palakka di Buton, misalnya adanya kampung Bugis, Goa Arung Palakka, Pulau Makassar, dan banyak lagi.
Bagi anda mahasiswa terutama jurusan Sejarah, Arkeologi, Sosiologi dan jurusan lainnya yang berminat mengkaji lebih dalam tentang Arung Palakka, atau ingin sekedar menambah pengetahuan tentang kerajaan kerajaan di Indonesia Timur pada abad ke-16 dan ke-17, maka buku ini tepat untuk dijadikan bahan rujukan atau referensi. Buku ini tersedia di Perpustakaan Abdurrasyid Dg. Lurang, Sungguminasa atau di perpustakaan kabupaten kota serta provinsi lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar