Buku : Aku Bangga Berbahasa Bugis, Bahasa Bugis dari ka sampai ha
Penulis : Andi M. Rafiuddin Nur
Penerbit : Rumah Ide, Makassar, 2008
Jumlah Halaman: xx + 674
Ukuran : 14,5 x 20,5 cm
ISBN : 979-98076-2-X
H. Muhammad Jusuf Kalla, pada Kongres Bahasa Daerah Sulawesi
Selatan tahun 2007, menyatakan bahwa 30% dari 745 bahasa daerah di Indonesia
sudah punah dalam kurun waktu 20 tahun terakhir. Sementara itu perkiraan dari
UNESCO (United Nation Educational, Scientific and Cultural Organization),
lembaga PBB yang mengurusi pendidikan, Ilmu pengetahuan dan kebudayaan,
menyebutkan bahwa dalam kurun waktu 100 tahun kedepan, dari 6.000 bahasa di
dunia, akan tinggal setengahnya (50%)
saja. Artinya ada sekitar 3.000an bahasa yang akan punah.
Berdasarkan prediksi prediksi inilah sehingga penulis
tergerak untuk menuliskan buku ini. Ada kekhawatiran bahwa suatu waktu kelak,
bahasa Bugis juga akan punah jika tanpa ada usaha untuk melestarikannya. Salah
satu usaha penulis adalah mendokumentasikan segala aspek bahasa Bugis dalam
buku ini, sehingga dapat dikatakan bahwa buku ini sangat lengkap membahas unsur
unsur kebahasaan Bugis. Selain bisa sebagai Kamus (Bugis – Indonesia) juga
dibahas tentang tata bahasa Bugis, sastra Bugis yang terdiri dari beberapa
jenis misalnya ada Paseng, Elong (Pantun Bugis), Toloq, dan lain lain. Tak lupa
pembahasan tentang aksara atau abjad dan
aspek lainnya.
Buku setebal 674 halaman ini diawali dengan Pengantar
Penerbit, kemudian Kata Pengantar dari penulis, disusul dengan Pendahuluan.
Pada bagian Pendahuluan ini, penulis mengungkapkan kecewaannya pada
kenyataannya bahwa banyak generasi muda Bugis yang sudah enggan dan malu
menggunakan bahasa Bugis sebagai bahasa pergaulan sehari harinya. Salah satu
alasan keengganan orang Bugis untuk menggunakan bahasa Bugis lagi menurut
penulis adalah karena nilai nilai luhur bahasa Bugis tidak lagi dipahaminya
dengan baik dan benar. Hal ini menyebabkan rasa memiliki serta rasa bangga
terhadap bahasanya sendiri menjadi pudar. Hal lain adalah karena kurangnya
bimbingan, pembinaan, pengajaran dan pendidikan baik di dalam keluarga maupun
di sekolah sekolah.
Selanjutnya dibahas tentang “Bahasa Bugis Baku”. Pada bagian
ini penulis tidak menyebut secara tegas, adanya bahasa Bugis baku, karena
setiap daerah yang berbahasa Bugis, masing masing menganggap bahasa Bugis
merekalah yang baku, sementara yang lain hanya dialek dari daerah lainnya saja.
Perlu diketahui bahwa bahasa Bugis yang digunakan di Bone, Soppeng, Wajo,
Sidrap, Sinjai dan lain lain selalu saja ada perberdaan, baik perbedaan dialek
maupun kosa kata.
Pada bagian selanjutnya dibahas tentang Bahasa Daerah dan
Bahasa Nasional. Pada bagian ini, pembahasan utamanya adalah bagaimana bahasa
nasional (Indonesia) telah mempengaruhi bahasa Bugis dan juga Makassar.
Dijelaskan juga bagaimana orang Bugis dan Makassar berbahasa Indonesia dengan
logat Bugis atau Makassar, termasuk akhiran akhiran yang sering digunakan
seperti ‘ki’, ‘di’, ‘mi’, ‘ko’ dan lain
lain.
Selanjutnya ada pembahasan tentang “Pangngadereng”. Disebutkan bahwa Orang Bugis tidak bisa lepas dari
pangngadereng yang terdiri dari 5 unsur yaitu ; ade’, rapang, bicara, wari,
dan sara’. Dibuku ini dijelaskan
perbedaan antara pangngadereng dengan
ade’. Ada juga dibahas pentingnya
menggunakan dan berbicara Bugis yang baik dan benar.
Pada bagian “Seluk Beluk Bahasa dan Aksara Bugis” dijelaskan
tentang aksara dan abjad, perbedaan penggunaan aksara lontara Bugis dengan Lontara Makassar, perbedaan
penulisan lontara untuk bahasa Indonesia, sejarah awal terciptanya aksara
Lontara, awal mula terciptanya aksara lontara ‘ha’ yang merupakan aksara untuk
memenuhi pengucapan bahasa Bugis yang berasal dari kata kata bahasa Arab.
Penulisan aksara Lontara untuk nama nama jalan di Makassar juga dijelaskan oleh
penulis.
Sastra Bugis dan Paseng. Pada bagian ini dibahas panjang
lebar tentang sastra Bugis yang terdiri dari beberapa jenis (genre). Ada Sure’, Elong, Tolo’, paseng atau pappaseng to riolo . Banyak contoh jenis (genre) sastra Bugis dalam
buku ini.
Pada bagian lainnya dibahas tentang cara penulisan dan
pengucapan bahasa Bugis pada buku ini. Bagian ini semacam petunjuk pemakaian
buku ini. Ada pembahasan tentang susunan abjad, cara pengucapan dan arti kata,
dan pengaruh dialek daerah.
Bagian terakhir adalah Bahasa Bugis dari ka sampai ha. Bagian ini
adalah semacam kamus Bugis – Indonesia yang disusun berdasarkan susunan aksara
Lontara Bugis, yaitu ka, ga, nga, ngka
dan seterusnya.
Buku ini sangat lengkap membahas berbagai aspek bahasa dan
budaya Bugis. Sangat penting untuk dimiliki dan dibaca oleh orang Bugis dan
orang bukan Bugis yang tertarik mengkaji bahasa dan budaya Bugis.
Buku ini koleksi pribadi, tapi jika tertarik untuk
membacanya, ada di perpustakaan perpustakaan di kota dan kabupaten di Sulawesi
Selatan.
Assalamualaikum Pak. Saya M. Rizki Ramadhani siswa SMA dari Kota Palu. Saya ingin menerjemahkan lontara pabbura yang ada di koleksi perpusnas tapi saya terkendali karena adanya perbedaan bahasa bugis dahulu dengan kini. Seorang filolog PERPUSNAS menyarankan saya untuk membaca kamus itu untuk menerjemahkannya. Tetapi saya cari di Palu tidak ada dan tidak ada yang jual online. Jika berkenan saya minta info toko" buku di SULSEL yang menjual buku ini dan siap mengirim buku ke Palu. Sekian
BalasHapusCoba cari di Toko Buku di Jalan Rusa, di Makassar, ada 2 toko buku yg berdekatan di situ, pernah saya lihat ada buku ini di jual.
Hapus