Buku
: Sebuah Negeri Bernama BARRU
Penulis
: Andi Hasanuddin Petta Tawang
Editor
: Shaifuddin Bahrum
Penerbit
: Baruga Nusantara, Makassar, 2015
Jumlah
Halaman : vi + 111
ISBN
: 978-602-72149-1-0
Tidak
banyak catatan sejarah atau dokumentasi budaya tentang daerah Barru, jika dibandingkan dengan
daerah lainnya di Sulawesi Selatan misalnya Bone, Soppeng, dan Gowa. Karena
kekurangan inilah sehingga banyak generasi muda Bugis Barru khususnya dan Sulawesi
Selatan umumnya, yang tidak begitu mengenal sejarah daerahnya sendiri. Hal
inilah yang memicu penulis buku ini mewujudkan ide menulis dan
mendokumentasikan catatan sejarah daerah Barru agar dapat dijadian rujukan bagi
para peneliti, generasi muda dan masyarakat umum yang ingin mengkaji atau
memahami sepenggal sejarah Bugis Barru. Meskipun buku ini hanya buku berukuran
kecil, namun diharapkan mampu memberi sumbangan pemikiran dalam memperkaya
khasanah budaya dan sejarah Bugis Barru.
Terdiri dari 5 bagian utama,
buku ini diawali dengan Pendahuluan yang berisi: Latar belakang daerah Barru,
Selayang Pandang kabupaten Barru, sekilas sejarah perkembangan daerah dan pola
sosial budaya. Sejarah perkembangan Barru adalah bahwa zaman dulu ada beberapa
kerajaan di Barru yaitu : Kerajaan Berru, Kerajaan Tanete, Soppeng Riaja dan
Mallusetasi. Terdapat juga beberapa lagi kerajaan yang lebih kecil (bawahan)
atau dikenal dengan nama ‘liliq’
yaitu : Kerajaan Siqdo, Kiru-Kiru, Balusu, Tanete Rilau, Tanete Riaja,
Lipuqtasiq, Maroanging dan Pujananting.
Bagian ke-2 membahas Asal
Usul Kerajaan Bugis secara umum, mulai dari epos Bugis terkenal I La Galigo dan
Tomanurung, kemudian ada tentang Arajang dan Kalompoang, serta naskah naskah
Lontara yang menjadi sumber sumber informasi. Penulisan buku ini juga banyak
memanfaatkan naskah naskah Lontara yang ada. Pada bagian ini juga dijelaskan
tentang berbagai macam jenis kisah atau cerita yang tertulis dalam Lontara,
misalnya Lontara La Galigo, Datu Musseng,
Meong Palo dan Sangiang Serriq, Arung Masala OliqE, Arung Palakka, Rumpaqna
Bone dan lain lain.
Selanjutnya dibahas tentang
Kerajaan Barru dan Raja Raja yang pernah memimpin, pada bagian ke-3 dan ke-4.
Mulai dari asal usul kerajaan, beberapa kerajaan yang pernah ada di Barru. Juga
dibahas tentang mulai dari Raja pertama sampai raja terakhir. Disebutkan dalam
buku ini ada 27 raja dan ratu yang pernah berkuasa di kerajaan Barru (Berru),
dimulai oleh Raja Pertama adalah putra ManurungngE Ri Jangang-JangangngE La
Ware Malluajeng atau disebut juga La Sawero. Yang menarik adalah bahwa raja
pertama ini berasal dari kerajaan Luwu. Tidak ada informasi tertulis dalam buku
ini tentang tahun berkuasanya raja pertama ini dalam buku ada disebut tahun
perkiraannya adalah 1311 – 1336, namun ada juga perkiraan lainya yaitu antara
tahun 1416 - 1436. Sementara raja terakhir adalah Andi Mukhtar Sumangerukka
Karaeng Mangeppe, yang juga kepala Swapraja terakhir (1950-1952).
Bagian ke-5 atau terakhir
tentang catatan penting antara lain : ketika Arung Berru menjadi kandidat Raja
Gowa, masa masa militerisme Jepang, konsolidasi menghadapi kemerdekaan
Indonesia, kunjungan Presiden Indonesia B. J. Habibie ke Barru dan tentang
bagaimana mewarisi semangat pengabdian pada negara.
Buku ini ditutup dengan
daftar pustaka dan riwayat penulisnya.
Cukup menarik untuk dijadikan
bahan referensi penulisan sejarah khususnya sejarah Bugis Barru, kerajaan Barru
atau sejarah Sulawesi Selatan pada umumnya.
Buku ini koleksi Perpustakaan
Khusus Unit Kearsipan, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Sulawesi Selatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar