Buku : I Manneng Arung Data, Ratu Bone
ke-25
Penulis : Ahmad Saransi, Thamrin
Mattulada
Penerbit : De La Macca, Makassar 2013
Jumlah Halaman : iv + 118
ISBN : 978-602-263-051-7
Kerajaan Bone adalah salah satu kerajaan
tertua di Sulawesi Selatan. Dari awal sejak berdirinya kerajaan Bone tahun 1330
sampai masa berakhirnya kerajaan tahun 1950an, Bone telah dipimpin oleh 33
Raja/Ratu. Ya, diantara ke-33 pemimpin kerajaan itu, 6 diantaranya tercatat
dalam sejarah adalah sosok perempuan (Ratu). Peran perempuan dalam peta politik
di Sulawesi Selatan sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Perempuan pertama yang
memimpin Kerajaan Bone adalah Benrigau MakalempiE MallajangE ri Cina, adalah
Ratu Bone ke-4 yang memerintah selama 40 tahun dari 1470-1509. Tahun tahun
selanjutnya bertahta juga 5 sosok perempuan di Kerajaan Bone. Salah satu Ratu
itu malah bertahta dua kali, sebagai Ratu Bone ke-17 (1714-1715) dan kemudian
diangkat lagi menjadi Ratu Bone ke-21 (1724-1749). Ratu itu bernama Batari Toja
Arung Talaga.
Namun sosok yang dibahas dalam buku ini
adalah Ratu Bone ke-25, perempuan pemberani yang memimpin kerajaan Bone bernama
I Manneng Arung Data (ada juga yang menulis We Maniratu Arung Data). Sang Ratu
ini dianggap sebagai salah satu Ratu yang paling gigih melawan penjajah
Belanda. Dialah yang menjadi pelopor bangkitnya raja raja di Sulawesi Selatan
dalam menolak pembaharuan Perjanjian Bungaya (18 November 1667) yang
dikehendaki oleh Belanda. Akibat pembangkangan sang Ratu, Kerajaan Bone
diserang oleh pasukan Belanda yang dipimpin oleh Jenderal Van Geen. Penyerangan
itu melalui pelabuhan Bajoe di timur Watampone.
Buku ini diawali dengan Kata Sambutan
dari Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Sulawesi Selatan, dan
kemudian Pengantar dari Penerbit.
Selanjutnya ada 5 bagian dari buku ini,
yang pertama adalah Pendahuluan yang membahas Sejarah singkat Kerajaan Bone,
Penolakan terhadap kekuasaan asing, kemudian We Maniratu Arung Data, yang
nampaknya punya banyak penyebutan nama yang berbeda beda dari para sejarawan. Dibahas
pula sosok I Manneng (We Maniratu) Arung Data, tentang keluarganya, tanggal
kelahirannya, 14 Oktober 1776 dan sikapnya yang pemberani sejak kecil, bahkan
dari kisah kisah yang tercatat dalam lontara, keberaniannya melebihi anak laki
laki seumurannya pada waktu itu.
Bagian kedua membahas tentang Kerajaan
Bone pada Abad XIX, bagaimana struktur pemerintahannya, stratifikasi sosial, sistem Kekerabatan,
pertahanan dan keamanan, dan Perang yang terjadi di Sulawesi Selatan pada waktu
itu.
Konflik konflik yang terjadi secara internal dan eksternal di Kerajaan
Bone, dibahas pada bagian ketiga. Konflik yang berkepanjangan terjadi antara
tahun 1825 – 1860, dimana pasukan kerajaan Bone terlibat perang langsung dengan
pasukan Belanda.
Pada bagian keempat, dengan judul Srikandi Bone Abad XIX adalah bagian
yang khusus membahas tentang sosok sang Ratu We Maniratu. Beliau dengan tegas
dan gigih menolak segala hal tentang kerjasama dengan Belanda. Bahkan undangan
perundingan dengan Belanda tak sekalipun beliau hadiri. Termasuk pembahasan
pada bagian ini adalah Kebijakan Politik Kerajaan Bone, ekspedisi militer
Belanda dan keadaan kerajaan Bone setelah ekspedisi selesai. Kerajaan Bone juga
dengan tegas menolak kebijakan Inggris dan terakhir perlawanan sang Ratu Bone
yang pemberani.
Pada bagian penutup. Pada bagian ini disebutkan bahwa We Maniratu Arung
Data sampai akhir khayatnya tidak pernah menikah dan menganggap dirinya titisan
Bissu. Guru Tasauf-nya yang bernama Syech Ahmad mengajarkannya untuk tidak
berhubungan atau berkerjasama dengan penjajah Belanda yang kafir. Dari segala
sepak terjang We Maniratu (I Manneng Arung Data) dapat disimpulkan bahwa beliau
adalah seorang Srikandi yang berjuang melawan penindasan Belanda dan berusaha
memerdekakan bangsanya, berjuang untuk kesetaraan bangsa dan negaranya. Inilah
sikap dari sang Ratu yang patut diteladani oleh para generasi penerus bangsa.
Buku ini sangat perlu dibaca, terutama bagi generasi muda, masyarakat dan
siapapun yang ingin lebih mengetahui sejarah kehidupan dan perjuangan I Manneng
Arung Data (We Maniratu Arung Data) Ratu Bone ke-25.
Buku koleksi Perpustakaan Khusus Unit Kearsipan, Dinas Perpustakaan dan
Kearsipan Sulawesi Selatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar