Buku : Arung Palakka, Datu Tungke’na
Tana Ugi’E
Penulis : H. Abdul Qahhar
Pengantar : H. Andi Muallim, S.H., M.Si.
Penerbit : Yayasan Al Muallim,
Sungguminasa 2010
Jumlah Halaman : xxvi + 179
ISBN : 978-979-15712-2-7
Dalam sejarah perjuangan di Sulawesi
Selatan mungkin Arung Palakka adalah sosok yang paling kontroversial. Bagi
masyarakat kerajaan Bone dan Soppeng, Arung Palakka adalah seorang pahlawan,
pembebas dari penjajahan, sedangkan bagi sebagian besar orang Sulawesi Selatan
lainnya dan juga Indonesia pada umumnya, Arung Palakka dicap sebagai penghianat
bangsa. Bahkan dalam buku buku sejarah di masa Orde Baru, selalu tertulis Arung
Palakka adalah penghianat bangsa. Sementara itu, sebagian sejarawan menganggap,
masa masa kejayaan kerajaan Bone, Soppeng, Gowa, Wajo, Luwu dan lain lain,
belum berbentuk Negara kesatuan Republik Indonesia. Sehingga tidak ada yang
dikhianati saat suatu kerajaan berdaulat meminta bantuan dari Negara berdaulat
lainnya.
Untuk lebih memahami bagaimana sepak terjang Arung Palakka dimasa kejayaannya, dan untuk lebih menjelaskan kepada masyarakat dan generasi muda pada khususnya bagaimana perjuangan sang Raja, maka buku ini ditulis. Penulisan buku ini juga menjadi salah satu dokumentasi sejarah perjuangan bangsa di Sulawesi Selatan yang diharapkan akan melengkapi fragmen fragmen sejarah lainnya sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh.
Untuk lebih memahami bagaimana sepak terjang Arung Palakka dimasa kejayaannya, dan untuk lebih menjelaskan kepada masyarakat dan generasi muda pada khususnya bagaimana perjuangan sang Raja, maka buku ini ditulis. Penulisan buku ini juga menjadi salah satu dokumentasi sejarah perjuangan bangsa di Sulawesi Selatan yang diharapkan akan melengkapi fragmen fragmen sejarah lainnya sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh.
Buku ini terdiri dari 8 bagian, diawali dengan Pengantar dari Penerbit,
Kata Pengantar dari Penulis, Sambutan dari Sekretaris Daerah Provinsi Sulawesi
Selatan, Ketua Dewan Perpwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bone, Ketua Umum BPP
dan KKMB, Sambutan Kuneng Bau Massepe. Kemudian ada Sambutan dari Pendiri TRI
“S”, Bone-Soppeng-Wajo, dan terakhir Sambutan dari Kerukunan Keluarga
Panyili-Palakka (KUGAPAI).
Bagiaan I. Pendahuluan membahas tentang latar belakang, mengapa obyek
penulisan dipilih, kerangka penulisan dan tujuan penulisan, kerangka dan
pendekatan teori, dan orientasi isi. Selanjutnya pada bagian kedua, membahas Bone
Bumi Arung Palakka dan latar belakang sejarahnya.
Pada bagian kedua ini diawali
dengan pembahasan masa masa pemerintahan MatasilompoE ManungngE ri Matajang,
serta luas wilayah kekuasaannya. Masalah kebudayaan dan pemerintahannya, dan
masalah agama,kepercayaan dan mistik dan hubungannya dengan Tomanurung.
Bone dibawa kekuasaan kerajaan Gowa dibahas pada bagian selanjutnya,
dimulai ketika terjadi perang Islam (Musu’ Selleng), ketika Bone dijadikan
kerajaan Palili dari Gowa, yang kemudian dijadikan negeri jajahan Gowa.
Selanjutnya ada Karaeng Sumanna ketika ditunjuk menjadi penguasa Bone, Tobala
dijadikan Jennang di Bone, ketika rakyat Bone dijadikan pekerja paksa oleh
Gowa, dan ketika Arung Palakka membebaskan para pekerja paksa itu.
Bagian ke-4 membahas tentang masa kecil Arung Palakka mulai dari riwayat
kelahirannya, masa kecilnya sampai remaja dan menjadi tahanan di kerajaan Gowa.
Banyak peristiwa menarik pada bagian ini, misalnya bagaimana Arung Palakka melarikan
diri dari tahanan, kemudian ada serangan gabungan militer Gowa di
Sailong-Mampu. Pertemuan Arung Palakka dengan Datu Soppeng La Tenribali,
kemudian La Tenribali ditawan oleh Gowa. Kemudian Arung Palakka berangkat ke
Buton, dikejar oleh Karaeng Gattaareng, bersembunyi di Istana Buton, dan akhirnya
berangkat ke Batavia, dan ke Sumatra untuk membantu membebaskan Pariaman.
Bagian ke-5 membahas Arung Palakka yang bangkit melawan Kerajaan Gowa.
Kisahnya dimulai dari Batavia menuju Somba Opu (Gowa), membantu Sultan Buton
melawan Gowa. Juga dibahas perundingan antara Speelman, Sultan Buton dan Arung
Palakka. Lahirnya Perjanjian Bungaya, kemudian Gowa bangkit kembali melawan
Belanda, dan serangan balasan Belanda yang menyebabkan Sultan Harun Al-Rasyid
dan Karaeng Lengkese menyerah kepada Belanda, disusul Sultan Hasanuddin
mengundurkan diri dari jabatannya.
Masa masa pemerintahan Arung Palakka dibahas pada bagian ke-6. Pada bagian
ini diawali dengan pengangkatan Arung Palakka Sultan Sa’aduddin sebagai Raja
Bone ke-15 yang memerintah dari tahun 1672 – 1696. Sistem pemerintahan Arung
Palakka dan batas batas wilayah kekuasaannya. Ada juga yang menarik disini,
ketika Laksamana Daeng Paesa diutus ke negara Tiongkok China. Lalu ada kisah
ketika Arung Palakka menolak campur tangan Belanda dalam pemerintahan kerajaan
Bone, Arung Palakka mengirim utusan ke Tana Toraja, Arung Palakka membantu Raja
Mataram Susuhunan Amangkurat I melawan Trunojoyo/Karaeng Galesong. Kisah
wafatnya Arung Palakka juga dibahas pada bagian ini. Juga dibahas peperangan
yang pernah dimenangkan oleh Arung Palakka dan silsilah keluarganya.
Bagian ke-7 dan ke-8 adalah bagian terakhir dan penutup buku ini. Dibahas
tentang tinjauan sejarah mengenai peperangan antara Arung Palakka melawan
Sultan Hasanuddin. Analisa sebab musabab timbulnya perang dan tanggapan
terhadap tulisan Tommy Thompson dan Daeng Rigowa. Ada juga kilas balik ke masa
penyerangan Gowa ke Bone, upaya merehabilitasi nama baik Arung Palakka dan
terakhir renovasi makam Raja Raja Bone. Pada bagian penutup terdiri dari
Kesimpulan, Saran-saran, dan Daftar Pustaka. Pada halaman halaman terakhir, ada
lampiran; bendera kerajaan Bone, Peta wilayah Kerajaan Bone, Peta Cenrana Bone
abad ke-17, Silsilah Keturunan La Patau Matanna Tikka dan riwayat hidup penulis
buku.
Buku ini sangat menarik untuk dibaca, terutama bagi orang yang ingin lebih
memahami sejarah perjuangan Arung Palakka dan sejarah Bone pada umumnya, dan
lebih luas lagi sejarah perjuangan masa masa abad ke-17 silam di Indonesia
bagian timur.
Buku ini koleksi Perpustakaan Khusus, Ruang Baca Unit Kearsipan, Dinas
Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Suawesi Selatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar