Buku :
Pasompe, Pengembaraan Orang Bugis
Penulis :
Prof. Dr. H. Abu Hamid
Penerbit :
Pustaka Refleksi, Makassar, 2004
Jumlah
Halaman : viii + 95
ISBN :
979-3570-04-0
Pasompe
adalah sosok manusia yang melakukan perantauan ke negeri seberang, demikian
kata pengantar buku ini. Menjadi Pasompe adalah kebanggaan manusia Bugis dan
Makassr sejak zaman dahulu kala. Kepiawaian manusia Bugis dan Makassar
mengarungi samudra luas, berniaga dengan para penduduk negeri seberang,
menginpor dan mengekspor barang barang komoditas dan aspek aspek maritime
lainnya, Inilah inti pambahasan buku ini.
Bagian awal
dari buku ini membahas tentang “Orang Bugis dan Makassar Menentang Badai”. Pada
bagian ini banyak dibahas tentang kejayaan Orang Bugis dan Makassar dimasa lalu
dalam dunia maritime, palayaran dan pengembaraan. Terdapat kutipan dari banyak
pakar misalnya Gervaise (1988), CH. Pelras (!973), catatan Lontara Bilang Gowa
dan Tallo, ada tulisan L.J.J. Caron dan
Noorduyn. Disebutkan bahwa pada 21 April 1659, Raja Gowa menuju Mandar dengan diiringi
sebanyak 1183 Kapal dalam rombongannya. Bisa dibayangkan betapa besar dan
jayanya kekuatan armada yang dimiliki pada masa itu.
Hubungan
kerja didalam sebuah kapal / perahu dagang juga dibahas pada bagian ini. Ada
organisasi dalam pelayaran itu. Ada Ponggawa, Nakhoda, Juragam, Jurumudi, Sawi,
Jurubatu, Jurutulis, Juru masak, awak kapal dan lain lain.
Pengetahuan
Astronomi dan Oceanologi juga dijelaskan pada bagian ini. Sejak zaman dulu,
orang Bugis sudah mengenal rasi bintang sebagai petunjuk pelayaran, arah angin,
cuaca dan musim. Ada bintang Sulo BawiE, Wara-waraE, TanraE, ManuE,
WorongporongE, LumbaruE, dan
Tellu-telluE.
Bagian kedua
adalah “Sawerigading Terdampar Desa Ara”. Pada bagian ini dikisahkan tentang
pelayaran Sawerigading yang merupakan salah satu penggalan kisah legenda I La
Galigo. Kemudian ada mantra mantra magis dan religious dalam pembuatan perahu
phinisi, misalnya ada mantra khusus ketika menebang pohon yang akan dijadikan
perahu phinisi, ada mantra ketika memotong motongnya, ketika meluncurkannya
kelaut dan lain lain. Dibahas pula tentang banyak persyaratan teknis ketika
membuat perahu phinisi, serta perang para pembuat perahu juga bahkan kebutuhan
dan harga bahan dan peralatan juga ada dalam buku ini. Nama nama teknis bagian
perahu juga dijelaskan satu persatu.
Bagian
ketiga, “Pasompe Bagi Orang Bugis”. Pada
bagian ini dijelaskan tentang arti dan makna kata “Pasompe”, juga dikisahkan
kembali kehebatan para pasompe Bugis yang bahkan keturunannya banyak yang
menjadi penguasa dan raja di negeri seberang. Juga dibahas buku karya Prof. Ph.
O. L. Tobing tentang “Hukum Pelayaran dan Perdagangan Amanna Gappa” pada tahun
1961. Dalam buku tersebut dijelaskan tentang jalur jalur pelayaran orang Bugis,
Makassar dan Mandar sesuai dengan musimnya.
Pada bagian
ketiga ini pula dijelaskan tentang aturan aturan tradisional dalam suatu
pelayaran. Ada aturan kerja antara Ponggawa (pemilik kapal), nakhoda, jurumudi,
jurutulis, sawi, penumpang, dan lain lain. Begitu pula ada aturan tentang bagis
hasil setelah pulang dari berlayar dan berniaga. Yang menarik disini, ada
kepercayaan para pasompe itu tentang eksistensi atau keberadaan sang penguasa
laut yaitu Nabi Khedere (nabi Khaidir) dan juga adanya Hantu Laut yang bisa
menimbulkan masalah dalam pelayaran.
Terakhir
adalah pesan pesan para Panrita Lopi (pakar pembuat perahu). Salah satu
pesannya antara lain: piring dan gelas suami yang dipakai makan selama dalam
lingkungan keluarganya, harus diamankan. Gelas diisi dengan air, maksudnya agar
kesehatan suami selama dalam pelayaran senantiasa terjamin.
Salah satu
buku terbaik tentang dunia maritime orang Bugis yang pernah saya baca. Koleksi
Perpustakaan Abdurrasyid Daeng Lurang, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Sulawesi
Selatan.