Buku : Hj.
Andi Siti Nurhani Sapada, Dari Sangkar Saoraja Menuju Pentas Dunia
Penulis :
Nurwahidah
Penerbit:
Bio Pustaka, Yogyakarta 2004
Jumlah
Halaman: xxxii + 236
ISBN :
979-07963-1-9
Hj. Andi
Siti Nurhani Sapada atau akrab dipanggil ibu Nani Sapada, tapi dalam buku ini
dinamai juga “Anida”, lahir tahun 1929, seorang bangsawan Bugis Makassar yang menjadi pelopor dan peletak dasar tari
tarian kreasi Sulawesi Selatan. Beliau adalah seorang seniman serba bisa yang
juga pendiri Institut Kesenian Sulawesi Selatan. Selain menari, main sandiwara
juga menyanyi. Di kawasan Sulawesi Selatan, hampir semua orang mengenalnya.
Beliau sudah aktif menari, mencipta tari tarian dan berkesenian sejak tahun
1940-an. Bahkan pada masa Presiden Soekarno, ibu Nani juga menjadi penari
Istana. Pengabdiannya dalam dunia seni, dihargai dengan diterimanya Anugerah
Seni dari Pemerintah Indonesia tahun 1972, “Culture Award” dari Pemerintah Australia
tahun 1976 dan Bintang Budaya Parama Dharma dari Presiden Republik Indonesia
pada tahun 2009. Ibu Nani wafat tahun
2010 lalu di Makassar
Buku yang
ditulis oleh Nurwahidah ini merupakan adaptasi dari karya ilmiah (Thesis) saat
mengambil program Strata 2 di Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Sebagaimana
sebuah thesis, buku ini terdiri dari 5 bab, diawali dengan bab 1 sebagai pengantar,
yang terdiri dari alas an penulis memilih Ibu Nani sebagai tokoh utama
tulisannya, biografi dan pendekatan yang dilakukan dan sumber sumber penulisan.
Bab 2 berisi riwayat hidup Anida (Ibu
Nani), mulai dari keluarga, pendidikan, karir. Heroisme dalam perjalanan hidup,
termasuk interaksinya dengan para pejuang dan Corps Sukarela Wanita.
Bagian ke-3
dikisahkan tentang aktifitas sosial Ibu Nani, termasuk gagasan kreatifnya,
kiprahnya dalam Perhimpunan Wanita Pekerja Sosial (PWPS), keanggotaannya dalam
organisasi Persatuan Istri Tentara (PERSIT), mendirikan organisasi Kebangunan
Wanita Latimojong (KWL). Beliau juga membangun Balai kesehatan Ibu dan Anak
(BKIA) dan Taman Kanak Kanak (TK) Anida di Sidenreng Rappang ketika suaminya
menjadi bupati disana. Karir selanjutnya menjadi Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Provinsi Sulawesi Selatan, menjadi Pembina organisasi Persatuan
Ahli Kecantikan Indonesia Sulawesi Selatan. Ibu Nani juga aktif pada Persatuan
Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI),
Himpunan Wanita Karya (HWK), organisasi Anggota Veteran Pejuang yang masih
hidup yang dinamai Wirawati Catur Panca.
Kehidupan
ibu Nani dalam berkesenian dibahas pada bagian ke-4. Bagaimana beliau memulai
karir dan belajar tari, karya kerya tarinya, Institut Kesenian Sulawesi dan
perjalanan hidupnya sebagai Duta Bangsa. Sebagai duta bangsa, Ibu Nani bersama
sanggar seninya telah mementaskan tari tradisional Sulawesi Selatan diberbagai Negara,
misalnya di Singapura, RRC, Hong Kong, Philipina, Malaysia, Australia dan lain
lain.
Kiprah ibu
Nani dalam dunia musik juga dijelaskan pada bagian ini. Disebutkan bahwa Ibu
Nani yang pertama memperkenalkan lagu Anging Mammiri kepada khalayak umum
melalui Radio Republik Indonesia (RRI) Makassar. Beliau juga sempat menjadi
pengisi suara (dubber) pada film nasional berjudul “Prajurit Teladan”. Dalam
film itu bahkan ibu Nani sendiri main sebagai gadis yang mattokko baju bodo’. Selanjutnya di Pare Pare, beliau membangun tempat
wisata semacam rumah panggung bernama “Anggun Sao Lebbi’” dimana ditempat tersebut diadakan beberapa pertunjukan
kesenian dan upacara upacara tradisional. Pengunjung juga bisa menikmati
berbagai macam makanan tradisional ditempat.
Bagian terakhir
yaitu kesimpulan, daftar kepustakaan, lampiran foto foto dan piagam penghargaan
ibu Nani, dan juga Indeks.
Buku sangat
penting bagi para mahasiswa seni, atau mahasiswa lain yang ingin mengkaji
sejarah seni di Sulawesi Selatan, khususnya Tari Tarian. Selain Tari, seni music,
pertunjukan, dan upacara adat juga cukup banyak dibahas dibuku ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar