"Nawanawa" dalam bahasa Bugis yang artinya "isi pikiran, curahan hati, apa saja yang ada dalam benak, keadaan bathin dan perasaan......". Isi blog ini adalah apa saja yang ada didalam pemikiran saya, berbagai pengalaman saat melakukan perjalanan, hal hal kecil dalam kehidupan sehari hari. Ada juga beberapa artikel saya terjemahkan dari artikel berbahasa Inggris. "I write because I don't know what I think until I read what I say" -Flannery O'Connor
Masjid "Amirul Mukminin" Makassar
Hari Sabtu lalu saya sekeluarga berkunjung ke Masjid Amirul Mukminin, atau oleh warga Makassar lebih akrab disebut masjid terapung, karena dibangun diatas air dengan menggunakan sekian banyak tiang pancang sebagai penopangnya. Sebenarnya tujuan utama kami adalah mengunjungi pameran pembangunan (South Sulawesi Expo) yang dilaksanakan di gedung Celebes Convention Centre (CCC). Lokasi gedung pameran ini tidak jauh dari pantai Losari dimana terdapat Masjid Amirul Mukminin ini. Saya memutuskan, menikmati matahari terbenam (sunset) di Pantai Losari yang terkenal keindahannya itu, lalu ikut shalat Magrib berjamah di masjid terapung bersama anak anak dan istri. Saya sebenarnya sudah sering ke pantai Losari, tapi belum pernah shalat berjamaah di masjid yang baru dibangun ini.
Masjid Amirul Mukminin mulai dibangun pada tahun 2009, tepatnya 8 Mei 2009. Arsiteknya adalah bapak Muhammad Ramadhan ‘Danny’ Pomanto. Tujuan utama pembangunan masjid ini adalah agar para pengunjung atau warga masyarakat muslim yang datang ke pantai Losari kapan saja dapat tetap dapat melaksanakan kewajibannya shalat lima waktu di masjid. Selama ini masyarakat kesulitan saat menikmati sunset dan kemudian bermaksud shalat magrib, harus berjalan ke masjid di kampung Melayu atau masjid dibelakang Arya Duta, yang dirasa cukup jauh dari pelataran Bahari (pelataran utama di Pantai Losari). Masjid ini adalah bagian dari renovasi besar besaran pantai Losari selama pemerintahan bapak Ilham Arif Sirajuddin. Selain masjid, juga dibangun pelataran Bahari, pelataran Bugis, Makassar, Mandar dan Toraja. Saat ini baru pelataran Bugis dan Makassar serta pelataran utama (Bahari) yang selesai dibangun, termasuk masjid yang juga sudah diresmikan oleh Walikota Makassar Ilham Arif Sirajuddin tanggal 8 Maret 2013 lalu.
Untuk memasuki area masjid, ada dua jalur jalan semacam jembatan, satu dari arah jalan Penghibur disebelah timur, depan hotel Aryaduta dan satu diselatan dari arah jalan Metro Tanjungbunga (Jl. Dg. Patompo). Bangunan masjid terdiri dari tiga lantai, lantai dasar untuk jamaah laki laki, lantai dua untuk jamaah perempuan dan lantai tiga diperuntukan bagi orang yang akan shalat sunat sendirian. Tempat wudhu untuk laki laki dibagian selatan, dan perempuan dibagian utara. Bagian dalam masjid cukup indah dengan hiasan lampu gantung bulat putih yang banyak. Masjid seluas 1.683 meter persegi ini ditopang oleh 164 tiang pancang membuatnya kokoh berdiri diatas permukaan laut pantai Losari.
Masjid ini mampu menampung 450 jamaah khusus dalam area masjid. Apabila jalur masuknya juga dipakai maka mampu menampung 1000an jemaah. Konon, masjid ini kalau dilihat dari udara, menyerupai angka 99 yang merupakan representasi jumlah nama Allah SWT. Adapun nama Amirul Mukminin dikarenakan biaya pembangunan masjid ini adalah sumbangan dari beberapa orang pemimpin, dan sama sekali tidak menggunakan anggara dari daerah, tapi murni sumbangan tokoh dan masyarakat sendiri. Masjid ini juga dapat dijadikan tempat diskusi keagamaan dan tempat berkumpul tokoh masyarakat. Masjid terapung Amirul Mukminin ini menambah ikon atau landmark kota Makassar. Selain masjid terapung ini, sebelumnya sudah ada Masjid Al-Markaz Al-Islamy, dan Masjid Raya. Bagi anda yang pendatang, sila nikmati keindahan sunset diteras Masjid Amirul Mukminin sambil menunggu shalat magrib berjamaah.
Gambar: koleksi pribadi dan makassarkota.go.id.
Label:
Makassar,
Masjid Amirul Mukminin,
Masjid di Pantai Losari,
Masjid Terapung,
Pantai Losari,
Pelataran Bahari
Saya Suharman Musa, seorang ASN, Pustakawan, suka menulis di Blog, suka jalan jalan, suka dengan hal hal berhubungan dengan buku, bookmark, postcard, dan perpustakaan....
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Buku Cerdas Sulawesi Selatan, Bunga Rampai Pengetahuan tentang Sulawesi Selatan
Judul: Buku Cerdas Sulawesi Selatan Penulis: Shaff Muhtamar Penerbit: ...
Popular Posts
-
Suku bangsa Bugis dan Makassar di Sulawesi Selatan, termasuk dua diantara sedikit suku bangsa di Indonesia yang memiliki tradisi tulis menul...
-
Masih pagi pagi sekitar jam 6 diperumahan tempat tinggalku sudah terdengar bunyi khas terompet penjual Buroncong, salah satu penganan tradis...
-
Kapurung adalah salah satu makanan khas Sulawesi Selatan yang berasal dari Kabupaten Luwu yang ada dibagian utara Provinsi Sulawesi Selatan....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar