"Nawanawa" dalam bahasa Bugis yang artinya "isi pikiran, curahan hati, apa saja yang ada dalam benak, keadaan bathin dan perasaan......". Isi blog ini adalah apa saja yang ada didalam pemikiran saya, berbagai pengalaman saat melakukan perjalanan, hal hal kecil dalam kehidupan sehari hari. Ada juga beberapa artikel saya terjemahkan dari artikel berbahasa Inggris. "I write because I don't know what I think until I read what I say" -Flannery O'Connor
Kisah dari Australia; Margaret Catchpole, Si Pencuri Kuda yang menjadi Pahlawan
Meskipun ada ribuan narapidana dari Inggris yang dibawa (dibuang) ke Australia selama lebih dari 50 tahun sistem hukuman pengasingan, hanya sedikit yang dapat diingat sampai sekarang. Kebanyakan dari mereka telah dilupakan. Apa yang terjadi dengan mereka, kita tidak banyak ketahui. Beberapa diantara mereka ada yang kembali ke Inggris, namun banyak juga yang menetap di Australia dan menjadikan Australia tanahair mereka.
Margaret Catchpole tiba di New South Wales, Australia pada 1801 untuk menjalani hukuman pengasingan seumur hidup. Dia telah mencuri salah seekor kuda majikannya dan menungganginya sejauh 70an km dari kampungnya ke kota London untuk menemui kekasihnya, yang bernama William Laud. Karena kasus pencurian ini oleh pengadilan Inggris dia divonis hukuman mati, namun tidak jadi dilaksanakan an diganti dengan hukuman penjara. Namun ketika menjalani hukuman penjara, dia mencoba melarikan diri dari penjara dan kembali dia divonis hukuman mati yang kedua kalinya. Dia berhasil meloloskan diri dari penjara dengan bantuan kekasihnya William Laud. Kekasihnya waktu itu tertembak mati oleh petugas penjara. Margaret tidak menjalani hukuman matinya tetapi hukumannya diubah menjadi hukuman pengasingan (dibuang) ke ke Australia (New South Wlaes) seumur hidup.
Margaret mengenakan pakaian lakilaki saat melarikan kuda tuannya.
Ketika tiba di Sydney tahun 1801 dia harus bekerja keras sebagai seorang pembantu rumahtangga. Setelah menjadi pembantu rumahtangga selama 13 tahun akhirnya dia dibebaskan dan diberi ampunan (semacam grasi). Aturannya waktu itu, meskipun para narapidana yang diberi hukuman pengasingan seumur hidup, tetap dapat diberi ampunan dan kebebasan, tetapi dengan syarat, harus menunjukkan bahwa mereka benar benar telah berkelakuan baik selama di pengasingan dan mereka telah bekerja keras dan layak mendapat kebebasan.
Setelah bebas, akhirnya Margaret mencari pekerjaan untuk melanjutkan hidupnya. Awalnya dia bekerja sebagai pelayan toko, dan kemudian bekerja sebagai bidan, dan terakhir dia menyewa sebuah lahan pertanian dan mengelolanya sampai dia wafat ditanah pengasingan.
Margaret Catchpole wafat pada 1819 diperkebunan kecilnya. Duapuluh lima tahun kemudian dia menjadi terkenal garagara sebuah novel diterbitkan berdasarkan kisah nyata kehidupannya. Novel yang berjudul The Histroy of Margaret Catchpole (Kisah Margaret Catchpole) ditulis oleh Reverend Richard Cobbold yang merupakan putra dari majikan Margaret sendiri, John Cobbold. Dalam buku itu Margaret dikisahkan sebagai tokoh sentral , yang melakukan kejahatan pencurian dan menjalani hukuman yang kejam dan tak sebanding dengan pencurian itu. Dia digambarkan sebagai seorang gadis malang yang miskin dan harus menjalani kehidupan yang keras , melakukakan pencurian dan dihukum pengasingan ke Australia yang gersang dan tandus. Kisahnya menjadi sangat populer saat itu karena pembaca novel merasa kasihan kepada Margaret karena dia harus menjalani hukuman yang sangat kejam hanya gara gara mencuri kuda.
(Kisah ini diterjemahkan dari Majalah ORIGIN. Gambar juga dari ORIGIN)
Label:
Australia,
Convict,
Hukuman Pengasingan,
Kisah dari Australia,
Margaret Catchpole,
Narapidana
Saya Suharman Musa, seorang ASN, Pustakawan, suka menulis di Blog, suka jalan jalan, suka dengan hal hal berhubungan dengan buku, bookmark, postcard, dan perpustakaan....
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Buku Cerdas Sulawesi Selatan, Bunga Rampai Pengetahuan tentang Sulawesi Selatan
Judul: Buku Cerdas Sulawesi Selatan Penulis: Shaff Muhtamar Penerbit: ...
Popular Posts
-
Suku bangsa Bugis dan Makassar di Sulawesi Selatan, termasuk dua diantara sedikit suku bangsa di Indonesia yang memiliki tradisi tulis menul...
-
Masih pagi pagi sekitar jam 6 diperumahan tempat tinggalku sudah terdengar bunyi khas terompet penjual Buroncong, salah satu penganan tradis...
-
Kapurung adalah salah satu makanan khas Sulawesi Selatan yang berasal dari Kabupaten Luwu yang ada dibagian utara Provinsi Sulawesi Selatan....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar