"Nawanawa" dalam bahasa Bugis yang artinya "isi pikiran, curahan hati, apa saja yang ada dalam benak, keadaan bathin dan perasaan......". Isi blog ini adalah apa saja yang ada didalam pemikiran saya, berbagai pengalaman saat melakukan perjalanan, hal hal kecil dalam kehidupan sehari hari. Ada juga beberapa artikel saya terjemahkan dari artikel berbahasa Inggris. "I write because I don't know what I think until I read what I say" -Flannery O'Connor
Prajabatan Semi Militer di Pakkatto
Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan atau Diklat Prajabatan ditujukan kepada para calon Pegawai negeri Sipil yang akan menjadi abdi negara. Diklat ini bertujuan untuk memperkenalkan segala hal yang berhubungan dengan tugas dan jabatan sebagai pegawai negeri sipil. Berbagai subyek pembelajaran diberikan selama diklat, misalnya aturan kepegawaian, pertahanan dan keamanan nasional, kebudayaan, administrasi, pelayanan kepada masyarakat, pengawasan, nilai nilai kejuangan, wawasan nusantara, pengelolaan keuangan dan lain lain.
Diklat prajabatan biasanya berlangsung selama dua bulan. Sebagai PNS pada salah satu Instansi Pemerintah di Sulawesi Selatan, saya ikut Diklat prajabatan pada tahun 1996, yang pada waktu itu dilaksanakan secara semi militer. Diklat dilaksanakan di Pakkatto di Kabuten Gowa sekitar 20km dari Makassar, yang merupakan tempat pelatihan militer di Markas RINDAM VII Wirabhuana. Diklat prajabatan semi militer ini hanya diperuntukkan bagi calon PNS yang golongan III (CPNS yang sarjana). Golongan I dan II mengikuti diklat biasa.
Di Pakkatto, kami para peserta dari berbagai instansi pemerintah di Sulawesi Selatan yang jumlahnya ratusan orang, tinggal dibarak barak tentara (TNI AD). Semua terasa berat pada awalnya. Ketika baru tiba saja,kami semua yang laki laki sudah harus dicukur seperti tentara. Latihan baris berbaris tanpa sambil bertelanjang dada dibawah terik matahari. Setiap pagi dan malam apel, dan setiap regu dihitung. Jika ada regu yang tidak lengkap, misalnya ada anggota yang keluar dari tempat diklat tanpa ada alasan yang jelas, maka semua anggota regu kena hukuman. Hukumannya biasanya disuruh push-up 20 atau 30 kali atau lari keliling lapangan “Hitam”. Disebut lapangan Hitam karena lapangan ini diaspal hitam, dan kami biasa upacara dan kegiatan lainnya disitu. Bahkan hukuman push-up pun dilaksanakan disitu dibawa terik matahari, sampai kadang sendi kepalan tangan kami menghitam dan lecet. Push-up ala militer tidak menggunakan telapak tangan sebagai tumpuan, tetapi kepalan tangan.
Tinggal di barak semua serba teratur. Seprai tempat tidur harus rapi dan tidak boleh kendor sedikitpun. Biasanya pelatih (anggota TNI) akan melemparkan koin keatas tempat tidur kami, dan jika tidak mental artinya rapi, alias sepreinya kendor. Meskipun hanya satu orang yang punya seprei yang tidak rapi, kami semua satu barak kena hukuman. Kami satu barak sepakat untuk saling membantu teman yang sama sekali tidak bisa dan tidak tahu cara merapikan seprai. Cukup banyak peserta yang sama sekali tidak pernah mengerjakan hal hal seperti itu. Sepatu pun harus diatur. Saya ingat, sendal harus yang paling luar, kemudian sepatu olahraga, kemudian sepatu formal hitam. Semua peralatan makan dan pakaian juga serba seragam. Gelas dan piring juga sama semua, dibagikan saat sebelum berangkat ke Pakkatto.
Selama diklat kami diberi makan tiga kali sehari, pagi pagi, siang dan malam. Kegiatan hariannya seperti ini: jam 4 subuh sudah harus bangun Apel pagi, kemudian senam atau olahraga lainnya, misalnya lari lari keliling Rindam, kemudian mandi dan shalat subuh, sarapan di barak khusus tempat makan, kemudian belajar diaula, makan siang, shalat lohor, belajar lagi sampai sore, shalat asar, kembali ke barak, mandi sore, shalat magrib, makan malam dan apel malam. Kegiatan itu berlangsung dari Senin sampai Jumat. Sabtu dan Minggu kami libur dan boleh kembali ke rumah masing masing.
Dari barak ke tempat makan harus berbaris dengan tertib. Tiba di tempat makan, juga harus langsung menuju meja meja makan dimana sudah tersedia makanan diatas meja dengan wadah omprengan aluminium dan harus segera mengisi tempat yang kosong. Jangan harap bisa memilih tempat duduk sendiri. Sebelum makan ada peserta yang memimpin doa. Kami yang ingin minum di barak boleh membawa gelas dan mengisinya ditempat makan. Kamar mandi dan toilet laki laki dan perempuan terpisah. Karena kami berjumlah ratusan orang, maka terkadang ditempat mandi harus bergilir, begitu juga dengan di toilet. Toiletnya terpisah dari kamar mandi, dan harus membawa air sendiri dari kamar mandi ke toilet. Setiap peserta memiliki ember seragam, yaitu ember hitam, yang ditempatkan disisi luar jendela kamar di barak. Kamar mandinya cukup luas dan kami para peserta harus rela mandi bersamaan pada kolam mandi memakai gayung masing masing. Ada yang cukup percayadiri (pede) mandi bugil tapi tidak sedikit yang malu malu dan mengenakan celana dalam saat mandi. Air untuk mandi kadang kadang jernih tapi kadang juga keruh kekuning kuningan.
Olahraga setiap pagi dilaksanakan. Ini yang berat karena dilaksanakan jam 4 subuh. Kami biasa dibangunkan dengan sirine tapi kadang juga dentuman meriam. Cukup banyak yang dihukum gara gara terlambat bangun atau terlambat mengikuti olahraga. Pernah pula olahraga dengan cara jalan kaki sejauh 12 kilometer, melewati bukit bukit berbatu diseputaran Pakkatto, melewati terowongan sempit dibawa gorong gorong jalan, atau berendam diair kotor. Ada beberapa peserta yang tidak sanggup dan akhirnya jatuh sakit.
Saya berhasil menyelesaikan diklat dengan baik, karena saya berusaha menikmati semua kegiatan, seberat apapun. Saya juga berusaha menikmati makanan yang terkadang jauh dari kategori enak. Melaksanakan perintah dengan hati: misalnya push-up dibawah terik matahari disiang bolong tanpa mengenakan baju, lari keliling lapangan hitam, atau bangun subuh untuk olahraga. Hasilnya selama dua bulan di Pakkatto, berat badan turun 9 kg, dan kulit menghitam 25% dari sebelumnya. Kalau sekarang diera reformasi, pelaksanaan Diklat prajabatan enak, didalam kota, diruangan yang ber AC dan makanan lezat berbagai rupa…..
Label:
Pakkatto,
prajabatan,
Rindam VII Wirabhuana
Saya Suharman Musa, seorang ASN, Pustakawan, suka menulis di Blog, suka jalan jalan, suka dengan hal hal berhubungan dengan buku, bookmark, postcard, dan perpustakaan....
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Buku Cerdas Sulawesi Selatan, Bunga Rampai Pengetahuan tentang Sulawesi Selatan
Judul: Buku Cerdas Sulawesi Selatan Penulis: Shaff Muhtamar Penerbit: ...
Popular Posts
-
Suku bangsa Bugis dan Makassar di Sulawesi Selatan, termasuk dua diantara sedikit suku bangsa di Indonesia yang memiliki tradisi tulis menul...
-
Masih pagi pagi sekitar jam 6 diperumahan tempat tinggalku sudah terdengar bunyi khas terompet penjual Buroncong, salah satu penganan tradis...
-
Kapurung adalah salah satu makanan khas Sulawesi Selatan yang berasal dari Kabupaten Luwu yang ada dibagian utara Provinsi Sulawesi Selatan....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar