"Nawanawa" dalam bahasa Bugis yang artinya "isi pikiran, curahan hati, apa saja yang ada dalam benak, keadaan bathin dan perasaan......". Isi blog ini adalah apa saja yang ada didalam pemikiran saya, berbagai pengalaman saat melakukan perjalanan, hal hal kecil dalam kehidupan sehari hari. Ada juga beberapa artikel saya terjemahkan dari artikel berbahasa Inggris. "I write because I don't know what I think until I read what I say" -Flannery O'Connor
Tentang Oleh-Oleh
Oleh oleh menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah sesuatu yang dibawa dari bepergian; buah tangan. Pemberian oleh oleh dari orang yang baru datang dari bepergian sudah menjadi bagian tradisi masyarakat Indonesia. Seakan akan tidak sah kedatangan seseorang yang dari jauh tanpa membawa oleh oleh. Dinegara barat atau negara lainnya mungkin tidak dikenal yang namanya oleh oleh. Kalaupun ada pemberian atau hadiah, tak lebih dari sebuah kebetulan belaka dan bukan semacan tradisi atau kebiasaan seperti kita di Indonesia.
Teringat masa kecil saya dulu dikampung disalah satu kecamatan di kabupaten Bone, setiap kali kakak atau keluarga lainnya datang dari Ujungpandang (sekarang Makassar) pasti membawa oleh oleh. Yang paling sering adalah roti yang berbentuk seperti kasur kapuk, juga kadang minuman kaleng misalnya 7up (baca seven up), cocacola dan lain lain. Seiring perjalanan waktu, oleh oleh sekarang ini semakin bervariasi. Ada misalnya oleh oleh berupa baju baru, paket makanan, dompet, tas, buku, mainan untuk anak anak, sovenir dan kerajinan tangan, buah buahan, atau bahkan gadget (handphone, MP3 player, camera digital, dll).
Saya termasuk orang yang sering bepergian, baik dalam provinsi sendiri (Sulawesi Selatan), dalam negeri, maupun luarnegeri. Tujuannya lebih sering karena tugas kantor, tapi sering juga karena memang ingin jalan jalan. Dikantor, saya satu-satunya yang pede (percaya diri) berbahasa Inggris. Banyak yang bisa, tapi kalau misalnya ditugaskan untuk ikut pendidikan yang bahasa pengantarnya bahasa Inggris hampir semua menolak. Makanya atasan saya dikantor sering kali menugaskan saya ikut diklat meskipun kurang tepat dengan tugas saya dikantor. Saya sih senang senang saja. Setiap kali akan pulang kembali ke Makassar, yang namanya oleh oleh harus segera dipikirkan.
Ada beberapa peristiwa yang berkaitan dengan oleh oleh yang pernah saya alami. Di bandara Kingsford Sydney Australia, saya pernah di denda A$240 karena kelebihan berat bagasi yang berisi sesak dengan oleh oleh. Pernah pula di Bandara Soekarno Hatta, seorang teman meminta saya menduduki kopornya hanya karena dia tidak bisa menarik resleting kopernya yang penuh dengan oleh oleh. Peristiwa lainnya, seorang teman tidak mau berbicara dengan saya hanya karena saya lupa membawakan pesanan oleh olehnya saat dari luarnegeri. Ada juga teman yang berbaik hati, misalnya menitipkan uangnya sendiri saat saya akan berangkat, sambil berkata, “ini uang untuk pembelian oleh olehku sendiri”. Terkadang dia menentukan sendiri oleh oleh apa yang ingin dibelikan, kadang juga dia serahkan saja pada saya, yang penting uangnya cukup. Nah kalau begini kan bagus. Ada juga yang merepotkan, memesan oleh oleh yang mahal mahal, misalnya baju kaos bermerek, sepatu kulit atau jaket yang mahal.
Begitulah kita bangsa Indonesia. Hubungan antar keluarga, kerabat, teman, tetangga yang bagitu erat membuat kita tidak bisa melupakan yang namanya oleh oleh. Di Bali saat seroang teman memborong begitu banyak oleh oleh di pasar Sukawati, dia berkata dengan sedikit nada mengeluh, “beginilah…..sayang anak, sayang istri, sayang teman, sayang tetangga, sayang mertua, sayang ipar ipar…..”. Kalau saya biasanya membuat catatan tersendiri tentang siapa yang akan mendapatkan apa. Misalnya, teman yang suka pake topi, saya belikan topi sebagai oleh oleh. Saat masih bujang, saya sering memprioritaskan oleh oleh untuk ibu. Biasanya baju muslimah, tasbih, sajadah atau Al-quran. Sekarang ibu telah meninggaldunia, dan saat bepergian setiap kali saya melihat penjual tasbih atau mukenah, saya seringkali merasa sedih dan berpikir, “…kalau saja ibu masih hidup, saya tentu akan membelikannnya tasbih atau sajadah…”. Sekarang ini yang menjadi prioritas oleh oleh tentu saja anak anakku (dua orang laki laki). Baru kemudian istri, ipar, pembantu, teman kantor, keponakan, dan tetangga. Nah… jangan pernah lupa membeli oleh oleh saat anda bepergian…....
Gambar: dari thehouse.com dan motorhelmets.com
Label:
Oleholeh,
perjalanan,
Souvenir,
traveling
Saya Suharman Musa, seorang ASN, Pustakawan, suka menulis di Blog, suka jalan jalan, suka dengan hal hal berhubungan dengan buku, bookmark, postcard, dan perpustakaan....
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Buku Cerdas Sulawesi Selatan, Bunga Rampai Pengetahuan tentang Sulawesi Selatan
Judul: Buku Cerdas Sulawesi Selatan Penulis: Shaff Muhtamar Penerbit: ...
Popular Posts
-
Suku bangsa Bugis dan Makassar di Sulawesi Selatan, termasuk dua diantara sedikit suku bangsa di Indonesia yang memiliki tradisi tulis menul...
-
Masih pagi pagi sekitar jam 6 diperumahan tempat tinggalku sudah terdengar bunyi khas terompet penjual Buroncong, salah satu penganan tradis...
-
Kapurung adalah salah satu makanan khas Sulawesi Selatan yang berasal dari Kabupaten Luwu yang ada dibagian utara Provinsi Sulawesi Selatan....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar