Strategi Perpustakaan dalam Menghadapi Tantangan Media Sosial


Strategi Perpustakaan dalam Menghadapi Tantangan Media Sosial


Pendahuluan

Perpustakaan merupakan tempat yang penting dalam menyediakan akses kepada informasi dan pengetahuan bagi masyarakat. Sebagai lembaga yang menyimpan berbagai jenis koleksi buku, jurnal, dan materi referensi lainnya, perpustakaan memiliki peran yang vital dalam mendukung pendidikan, penelitian, dan pengembangan masyarakat. Dengan adanya perpustakaan, individu dapat mengakses informasi yang diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka. Selain itu, perpustakaan juga menjadi tempat untuk belajar, berkumpul, dan berdiskusi bagi masyarakat. Oleh karena itu, penting untuk memahami peran perpustakaan dalam masyarakat dan bagaimana kita dapat memanfaatkannya secara optimal. Dengan fasilitas yang lengkap dan koleksi yang beragam, perpustakaan memberikan akses ke informasi yang tidak dapat ditemukan secara online. Selain itu, perpustakaan juga menjadi tempat yang nyaman untuk belajar dan bekerja secara bersama-sama dengan orang lain. Dengan memanfaatkan perpustakaan secara optimal, kita dapat terus mengembangkan pengetahuan dan keterampilan kita serta menjadi bagian dari masyarakat yang lebih berpendidikan dan terinformasi.

Perkembangan media sosial telah membawa perubahan besar dalam cara orang mengakses informasi dan belajar. Meskipun begitu, perpustakaan masih tetap relevan dan penting dalam memberikan akses ke sumber informasi yang terpercaya dan terverifikasi. Dengan memanfaatkan kedua platform ini secara seimbang, kita dapat memperkaya pengetahuan kita dan tetap terhubung dengan perkembangan terkini di berbagai bidang. Jadi, meskipun media sosial memberikan kemudahan dalam berbagi informasi secara instan, peran perpustakaan sebagai sumber pengetahuan yang dapat dipercaya tetap tidak tergantikan.

 

Tantangan Media Sosial bagi Perpustakaan

Perubahan perilaku pengguna dalam mencari informasi dan berinteraksi secara online merupakan salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh perpustakaan dalam era media sosial. Pengguna cenderung lebih memilih untuk mencari informasi melalui platform media sosial daripada mengunjungi perpustakaan fisik. Hal ini menuntut perpustakaan untuk terus berinovasi dan memperluas layanan agar tetap relevan dan dapat bersaing dengan media sosial. Selain itu, adanya masalah terkait keberagaman informasi yang tersebar di media sosial juga menjadi tantangan bagi perpustakaan dalam menyajikan informasi yang akurat dan terpercaya kepada pengguna. Oleh karena itu, perpustakaan harus memperkuat kehadirannya secara online dengan menyediakan sumber daya digital yang mudah diakses dan relevan bagi pengguna. Dengan memanfaatkan platform media sosial sebagai sarana untuk berbagi informasi dan promosi layanan, perpustakaan dapat menjangkau lebih banyak orang dan memperluas dampaknya. Selain itu, perpustakaan juga perlu meningkatkan literasi informasi pengguna agar mampu memilah dan memilih informasi yang benar serta dapat dipercaya di era digital ini. Dengan demikian, perpustakaan dapat tetap menjadi sumber informasi yang terpercaya dan relevan bagi masyarakat.

Persaingan dengan informasi yang tidak terverifikasi dan berpotensi merugikan bagi pengguna juga menjadi tantangan bagi perpustakaan dalam menghadirkan sumber informasi yang terpercaya. Oleh karena itu, perpustakaan perlu terus melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap sumber informasi yang disediakan, serta memberikan edukasi kepada pengguna tentang pentingnya memverifikasi informasi sebelum menyebarkannya. Dengan langkah-langkah ini, perpustakaan dapat menjaga reputasi dan kepercayaan masyarakat terhadap layanan yang disediakan. Sebagai contoh, perpustakaan dapat menghadapi persaingan dengan situs web berita palsu yang menyebarkan informasi yang tidak terverifikasi. Untuk mengatasi hal ini, perpustakaan dapat menyediakan pelatihan kepada pengguna tentang bagaimana cara memverifikasi keabsahan informasi sebelum menyebarkannya, sehingga masyarakat dapat lebih waspada terhadap informasi yang diterima. Dengan demikian, perpustakaan dapat menjadi sumber informasi yang terpercaya bagi masyarakat. Selain itu, dengan edukasi yang tepat, pengguna dapat lebih memahami pentingnya memverifikasi informasi sebelum menyebarkannya. Hal ini juga dapat membantu dalam melawan penyebaran berita palsu dan mempromosikan budaya literasi informasi yang sehat di masyarakat. Dengan adanya langkah-langkah ini, perpustakaan dapat terus menjadi mitra yang dapat diandalkan dalam menyediakan informasi yang akurat dan dapat dipercaya.

Keterbatasan sumber daya manusia dan finansial mungkin menjadi hambatan dalam upaya perpustakaan untuk terus menyediakan informasi yang akurat dan terpercaya. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk memberikan dukungan yang cukup agar perpustakaan dapat terus berperan sebagai sumber informasi yang handal. Dengan kolaborasi yang baik antara perpustakaan, pemerintah, dan masyarakat, diharapkan budaya literasi informasi yang sehat dapat terus dipromosikan dan menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari.

 

Strategi Menghadapi Tantangan Media Sosial

Meningkatkan kehadiran perpustakaan di media sosial dapat menjadi salah satu strategi yang efektif dalam menghadapi tantangan media sosial. Dengan memanfaatkan platform-platform seperti Facebook, Instagram, dan Twitter, perpustakaan dapat lebih mudah terhubung dengan masyarakat secara online dan menyebarkan informasi-informasi penting mengenai koleksi, program, dan layanan yang mereka tawarkan. Selain itu, dengan adanya media sosial, perpustakaan juga dapat lebih aktif berinteraksi dengan pengguna dan mendengarkan masukan serta feedback dari mereka untuk terus meningkatkan kualitas layanan yang diberikan. Dengan demikian, perpustakaan dapat tetap relevan dan terus menjadi sumber informasi yang dipercaya oleh masyarakat. Dengan adanya kemungkinan untuk berbagi konten secara instan dan mudah di platform-platform tersebut, perpustakaan juga dapat lebih efektif dalam mempromosikan acara-acara spesial, diskon, atau program-program khusus yang dapat menarik minat masyarakat. Hal ini juga memberikan kesempatan bagi perpustakaan untuk memperluas jangkauan dan menjangkau lebih banyak orang yang mungkin sebelumnya tidak terpikirkan untuk mengunjungi perpustakaan. Dengan strategi pemasaran yang tepat melalui media sosial, perpustakaan dapat terus berkembang dan menjadi tempat yang ramai dikunjungi oleh masyarakat.

Mengembangkan program-program edukasi online  dan mengadakan webinar secara rutin juga dapat menjadi salah satu cara untuk menarik minat masyarakat dalam mengikuti kegiatan perpustakaan. Dengan adanya program edukasi online, perpustakaan dapat mencapai lebih banyak orang tanpa terbatas oleh jarak dan waktu. Selain itu, dengan adanya webinar secara rutin, perpustakaan dapat memberikan informasi dan pengetahuan baru kepada masyarakat sehingga dapat meningkatkan minat dan partisipasi dalam kegiatan perpustakaan. Dengan terus mengembangkan program-program edukasi online, perpustakaan dapat tetap relevan dan menjadi sumber pengetahuan yang dapat diakses oleh semua kalangan. Contoh detailnya adalah perpustakaan menyelenggarakan webinar tentang teknik menulis cerita untuk anak-anak setiap bulan, yang dapat diikuti oleh orang tua dan guru dari seluruh Indonesia. Selain itu, perpustakaan juga mengadakan kelas online tentang literasi digital bagi para lansia agar mereka dapat lebih mahir menggunakan teknologi dalam mengakses informasi dan membaca buku elektronik.

Menjalin kerjasama dengan influencer atau komunitas online  yang memiliki minat dalam literasi dan pendidikan juga dapat membantu meningkatkan minat masyarakat untuk mengakses perpustakaan secara daring. Dengan adanya kerjasama tersebut, perpustakaan dapat lebih dikenal oleh masyarakat luas dan menjadi tempat yang diminati untuk belajar dan mengembangkan pengetahuan. Hal ini akan membuat perpustakaan tetap relevan di era digital dan memberikan manfaat yang besar bagi perkembangan literasi di masyarakat.

 

Kesimpulan dan Penutup

Merangkum strategi-strategi yang efektif dalam menghadapi tantangan media sosial dan era digital adalah dengan memanfaatkan influencer dan komunitas online dalam meningkatkan akses masyarakat terhadap perpustakaan daring. Dengan kolaborasi yang baik, perpustakaan dapat menjadi tempat yang diminati untuk belajar dan mengembangkan pengetahuan, sehingga tetap relevan di era digital. Dengan demikian, perkembangan literasi di masyarakat dapat terus meningkat dan memberikan manfaat yang besar bagi kemajuan pendidikan.

Menekankan pentingnya adaptasi perpustakaan terhadap perkembangan teknologi dan tren digital juga merupakan langkah yang krusial dalam menjaga relevansi peran perpustakaan dalam masyarakat. Dengan terus mengikuti perkembangan teknologi, perpustakaan dapat menyediakan layanan-layanan inovatif yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat modern. Selain itu, meningkatkan kerjasama dengan pihak-pihak terkait seperti institusi pendidikan dan penggiat literasi juga dapat menjadi strategi yang efektif dalam menghadapi tantangan era digital. Dengan demikian, perpustakaan dapat tetap menjadi sumber pengetahuan yang terpercaya dan relevan bagi masyarakat.

Harapan penulis terhadap peran perpustakaan di era digital ini  adalah agar perpustakaan terus bertransformasi menjadi pusat informasi yang dinamis dan interaktif. Dengan memanfaatkan teknologi, diharapkan perpustakaan dapat menjangkau lebih banyak orang dan memberikan akses yang lebih mudah terhadap berbagai informasi dan pengetahuan. Selain itu, diharapkan perpustakaan juga dapat terus menjadi tempat yang ramah dan inspiratif bagi masyarakat untuk belajar dan mengembangkan minat literasi. Dengan demikian, perpustakaan akan tetap relevan dan berperan penting dalam meningkatkan literasi dan pengetahuan masyarakat di era digital ini.




Strategi Meningkatkan Minat Baca di Sekolah

Strategi Meningkatkan Minat Baca di Sekolah

Pendahuluan

Strategi meningkatkan minat baca di sekolah merupakan hal yang penting dalam meningkatkan literasi dan kemampuan membaca siswa. Dengan adanya minat baca yang tinggi, diharapkan siswa dapat lebih aktif dalam membaca dan mengembangkan pemahaman mereka terhadap berbagai jenis teks. Selain itu, minat baca yang tinggi juga dapat membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan analitis. Oleh karena itu, penting bagi sekolah untuk mengimplementasikan strategi yang efektif dalam meningkatkan minat baca siswa.  Beberapa strategi yang dapat diterapkan meliputi pembentukan klub membaca, pembiasaan membaca di waktu senggang, serta penggunaan metode pembelajaran yang menarik dan interaktif. Selain itu, melibatkan orangtua dan komunitas dalam mendukung minat baca siswa juga merupakan langkah yang efektif. Dengan adanya upaya yang berkelanjutan dan komprehensif, diharapkan minat baca siswa di sekolah dapat terus meningkat sehingga mereka dapat meraih kesuksesan dalam belajar dan kehidupan.

Dengan adanya dukungan dari berbagai pihak, seperti sekolah, orangtua, dan komunitas, diharapkan minat baca siswa dapat terus berkembang. Selain itu, penggunaan teknologi seperti e-book dan audiobook juga dapat menjadi alternatif menarik bagi siswa yang kurang tertarik dengan membaca buku konvensional. Dengan berbagai strategi yang diterapkan secara konsisten, diharapkan minat baca siswa dapat menjadi bagian yang integral dalam proses pembelajaran mereka.

 

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Baca

Lingkungan belajar di rumah memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk minat baca siswa. Orangtua yang membiasakan membaca di rumah, menyediakan akses ke buku, dan mendukung kegiatan membaca anak-anak dapat meningkatkan minat baca siswa. Selain itu, lingkungan belajar di sekolah yang memberikan suasana yang nyaman dan mendorong untuk membaca juga dapat mempengaruhi minat baca siswa secara positif. Dengan dukungan dari lingkungan belajar yang baik, diharapkan minat baca siswa bisa terus tumbuh dan berkembang.

Peran guru dalam membentuk minat baca siswa juga tidak bisa diabaikan. Guru dapat memberikan contoh dengan rajin membaca dan menunjukkan kegiatan membaca yang menyenangkan kepada siswa. Selain itu, guru juga dapat memberikan rekomendasi buku yang sesuai dengan minat siswa agar mereka semakin tertarik untuk membaca. Dengan adanya dukungan dari orangtua dan guru, diharapkan minat baca siswa dapat terus meningkat dan menjadi kebiasaan yang positif dalam kehidupan mereka.

 Pengaruh teknologi terhadap minat baca siswa juga perlu diperhatikan. Meskipun teknologi memberikan kemudahan dalam mengakses informasi, namun juga dapat menjadi distraksi bagi siswa dalam membaca buku. Oleh karena itu, penting bagi guru dan orangtua untuk mengarahkan penggunaan teknologi agar tetap seimbang dengan kegiatan membaca buku. Dengan demikian, diharapkan minat baca siswa tidak tergerus oleh pengaruh teknologi dan tetap berkembang secara positif.

 

Strategi Meningkatkan Minat Baca di Sekolah

Membuat program literasi yang menarik dan interaktif dapat menjadi salah satu strategi yang efektif untuk meningkatkan minat baca siswa di sekolah. Guru dapat merancang kegiatan-kegiatan yang menantang dan menyenangkan, seperti klub buku, diskusi literasi, atau pertunjukan teater berdasarkan buku yang dibaca. Selain itu, mengundang penulis atau tokoh inspiratif untuk berbicara tentang pentingnya membaca juga dapat memberikan motivasi tambahan bagi siswa. Dengan adanya program-program ini, diharapkan minat baca siswa dapat terus berkembang dan menjadi kebiasaan yang positif dalam kehidupan mereka. Sebagai contoh, guru dapat mengatur klub buku yang memilih buku-buku dengan cerita menarik dan membuat diskusi literasi yang mendorong siswa untuk berbagi pendapat dan ide-ide tentang buku tersebut. Selain itu, mengadakan pertunjukan teater berdasarkan buku yang dibaca dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan dan mendalam bagi siswa untuk lebih memahami cerita dan karakter di dalamnya

Mendorong kegiatan membaca di luar jam pelajaran dapat menjadi langkah tambahan yang efektif. Misalnya, siswa dapat diwajibkan membaca buku pilihan mereka sendiri setiap minggu dan membuat laporan singkat tentang buku tersebut. Selain itu, mengadakan perpustakaan sekolah yang lengkap dan nyaman juga dapat memotivasi siswa untuk membaca lebih banyak. Dengan adanya upaya yang konsisten dan berkelanjutan, diharapkan minat baca siswa dapat terus meningkat dan membawa dampak positif dalam pembelajaran dan perkembangan mereka. Sebagai contoh, terdapat siswa yang mungkin tidak memiliki akses ke perpustakaan sekolah yang lengkap atau nyaman, sehingga membatasi kemampuan mereka untuk membaca buku pilihan mereka sendiri. Selain itu, ada kemungkinan bahwa siswa tersebut tidak memiliki waktu luang yang cukup untuk membaca di luar jam pelajaran karena adanya tanggung jawab lain di rumah atau di luar sekolah.

Melibatkan orang tua dalam membentuk budaya membaca  di rumah juga dapat menjadi langkah penting dalam meningkatkan minat baca siswa. Orang tua dapat memberikan contoh dengan membaca buku di rumah, mendiskusikan buku bersama anak, atau mengunjungi perpustakaan bersama. Dengan dukungan dari orang tua, siswa akan merasa didukung dan termotivasi untuk membaca lebih banyak. Hal ini akan membantu menciptakan lingkungan yang mendukung pembentukan kebiasaan membaca yang positif di kalangan siswa. Sebagai contoh, seorang anak mungkin terbiasa membaca di luar jam pelajaran karena ibunya selalu membacakan cerita sebelum tidur setiap malam. Selain itu, orang tua juga bisa mengajak anak mereka untuk mengunjungi perpustakaan setiap akhir pekan sehingga anak merasa senang dan termotivasi untuk terus membaca.

Studi Kasus: Implementasi Strategi di Sekolah X

Pengalaman sukses dalam meningkatkan minat baca siswa  di Sekolah X dapat menjadi inspirasi bagi sekolah lain untuk mengadopsi strategi yang sama. Dengan melibatkan orang tua dalam upaya meningkatkan budaya membaca, sekolah dapat menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan literasi siswa. Dengan kerjasama antara sekolah dan orang tua, diharapkan minat baca siswa akan terus tumbuh dan berkembang sehingga dapat membawa dampak positif dalam pembelajaran dan kehidupan mereka.

Tantangan yang dihadapi dalam implementasi strategi  di Sekolah X adalah memastikan keterlibatan dan dukungan aktif dari semua pihak terkait, termasuk guru, staf sekolah, orang tua, dan siswa. Selain itu, perlu juga adanya monitoring dan evaluasi secara berkala untuk mengevaluasi efektivitas strategi yang telah diterapkan. Dengan adanya komunikasi yang terbuka dan kolaborasi yang baik antara semua pihak, diharapkan tantangan tersebut dapat diatasi sehingga tujuan peningkatan minat baca siswa dapat tercapai dengan baik.

Evaluasi dampak strategi terhadap minat baca siswa  dapat dilakukan melalui pengumpulan data tentang frekuensi kunjungan ke perpustakaan, jumlah buku yang dipinjam, dan hasil ujian membaca siswa. Dengan cara ini, kita dapat melihat apakah minat baca siswa meningkat setelah implementasi strategi yang telah dijalankan. Selain itu, kita juga dapat melibatkan siswa dalam proses evaluasi ini untuk mendapatkan masukan langsung dari mereka tentang keefektifan strategi yang telah diterapkan. Dengan evaluasi dampak yang komprehensif, Sekolah X dapat terus meningkatkan dan menyempurnakan strategi mereka untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

 

Kesimpulan dan Penutup

Menyimpulkan pentingnya strategi meningkatkan minat baca di sekolah Melalui evaluasi yang komprehensif terhadap strategi yang telah diimplementasikan, Sekolah X akan dapat terus mengevaluasi dan menyempurnakan upaya mereka untuk meningkatkan minat baca siswa. Dengan melibatkan siswa dalam proses evaluasi, sekolah dapat mendapatkan masukan langsung tentang keefektifan strategi yang telah diterapkan. Dengan demikian, Sekolah X dapat terus bergerak menuju pencapaian tujuan mereka dalam meningkatkan minat baca siswa.

Mengajak untuk terus mengembangkan strategi-strategi baru dan memperluas jaringan kerja sama dengan pihak-pihak terkait seperti perpustakaan, penulis lokal, dan komunitas membaca. Dengan mengadopsi pendekatan yang inklusif dan proaktif, Sekolah X dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan minat baca siswa secara berkelanjutan. Hal ini akan membantu menciptakan generasi yang gemar membaca dan memiliki pengetahuan yang luas, serta membuka peluang-peluang baru bagi pengembangan potensi siswa di masa depan.

Dengan menegaskan peran penting sekolah dalam membentuk minat baca siswa, Sekolah X dapat menjadi pionir dalam menciptakan budaya literasi yang kuat di lingkungan pendidikan. Dengan terus mendorong kolaborasi dengan berbagai pihak terkait, Sekolah X dapat memastikan bahwa siswa memiliki akses yang lebih luas terhadap berbagai sumber bacaan yang bervariasi dan mendukung perkembangan minat baca mereka. Dengan demikian, Sekolah X dapat menjadi teladan bagi sekolah-sekolah lain dalam upaya meningkatkan literasi di kalangan generasi muda.




Perkawinan Bugis


Judul:                           Perkawinan Bugis

Penulis:                        Susan Bolyard Millar

Editor:                          -

Penerbit:                     Ininnawa, Makassar

Tahun Terbit:             2009

Jumlah Halaman:    xxv + 288

ISBN:                            9786029523133

Penulis Resensi:        Suharman, S.S., MIM.

Buku yang membahas khusus tentang perkawinan suku Bugis sangat langka ditemukan. Buku ini adalah salah satu yang membahas perkawinan Bugis secara mendalam dan lengkap. Berbagai topik yang muncul sekitar perkawinan dalam suku Bugis dibahas satu persatu dalam buku ini. Mula dari pesta, ritual, hingga teks undangan diuraikan secara rinci. Bahkan aspek sosial politik suatu perkawinan juga dijelaskan dalam buku ini.

Terbagi menjadi 3 bagian, dan 8 bab,  diawali dengan pengantar alih bahasa, karena aslinya buku ini ditulis dalam bahasa Inggris yang kemudian diterjemahkan (dialihbahasakan) kedalam bahasa Indonesia. Dilanjutkan dengan Pengantar penerbit, Prakata dan ucapan terimakasih penulis.

Pada bagian pertama diuraikan tentang latar belakang dan profil Sulawesi Selatan termasuk gambaran geopolitik, ekonomi dan politik Sulawesi Selatan. Organisasi Sosial dan jaringan kekerabatan orang Bugis dan jaringan Tau Matowa dalam sejarah Bugis juga di jelaskan secara rinci pada bagian pertama ini.

Mekanisme perkawinan Bugis diulas pada bagian kedua. Pada bagian ini dijelaskan tentang mekanisme perkawinan  misalnya bagaimana pesta perkawinan menjadi arena untuk menunjukkan status sosial. Prosedur perkawinan dan interaksi simbolis yang terjadi pada pesta perkawinan Bugis, dibahas pula pada bagian ini.

Millar (penulis) juga membahas tentang Studi Kasus yang ditelitinya selama tahun 1975 – 1976 di daerah Bugis terutama di kabupaten Soppeng. Bagaimana ritual-ritual pernikahan Bugis bukan sekadar seremoni personal atau keluarga, melainkan juga merupakan manifestasi simbolik dari posisi sosial, kehormatan, serta jaringan kekuasaan dalam masyarakat Bugis kontemporer.

Secara umum, buku ini memaparkan berbagai unsur dalam tradisi pernikahan Bugis, seperti: Penentuan jodoh yang melibatkan pertimbangan status sosial, genealogis, hingga kekayaan keluarga. Rangkaian tahapan upacara, mulai dari mappacci, akkorongtigi, hingga resepsi, yang sarat dengan makna simbolik. Peran penting keluarga dan komunitas, yang menandakan bahwa perkawinan adalah peristiwa kolektif, bukan hanya antar dua individu. Penggunaan simbol-simbol material, seperti pakaian adat, mahar, serta tata ruang, yang mencerminkan prestise dan pengaruh keluarga mempelai. Transformasi nilai-nilai tradisional dalam konteks modern, termasuk bagaimana masyarakat Bugis menegosiasikan antara adat, Islam, dan modernitas.

Penulis telah melakukan penelitian dan berpartisipasi langsung dalam berbagai upacara perkawinan Bugis terutama di Soppeng, sehingga data yang disajikan sangat kaya dan detail. Buku ini tidak sekadar menggambarkan upacara, tetapi juga menganalisis makna sosial di balik setiap praktik, menjadikannya bacaan yang reflektif dan kritis. Perkawinan Bugis yang dibahas dalam buku ini merupakan perpaduan Tradisi, Islam, dan Modernitas.

Sebagaimana karya tulis ilmiah yang diterbitkan menjadi buku, bahasa yang digunakan sangat akademik yang cenderung tidak mudah untuk dipahami bagi masyarakat umum, karena sangat formal dan teoritis.

Buku ini juga minim dokumentasi dan visualisasi fotonya. Illustrasi foto atau gambar akan memudahkan pembaca dalam memahami isi buku.

Koleksi Deposit, Bidang Pembinaan Perpustakaan, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Sulawesi Selatan.  




Naskah Kuno Bugis dan Makassar





Suku bangsa Bugis dan Makassar di Sulawesi Selatan, termasuk dua diantara sedikit suku bangsa di Indonesia yang memiliki tradisi tulis menulis. Huruf atau aksara yang digunakan oleh orang Bugis sejak ratusan tahun lalu adalah huruf Lontara yang dalam bahasa Bugis sendiri dinamai uki’ sulapa eppa’ (Dr. Mukhlis Paeni dalam Katalog Naskah Nusantara). Suku Makassar juga memiliki huruf tersendiri yang dinamakan aksara Jangang-jangang yang aslinya mirip bentuk burung / unggas sehingga disebut jangang-jangang. Pada perkembangan selanjutnya aksara jangang-jangang jarang digunakan dan lebih sering aksara uki’ sulapa eppa’-lah yang mendominasi penggunaan dalam penulisan bahasa Bugis dan Makassar.

Menurut para ahli sejarah, aksara lontara uki’ sulapa eppa’ dan aksara jangang-jangang keduanya masih turunan aksara Nusantara yang juga dari India (Sansekerta). Naskah Bugis kuno yang banyak tersimpan di Perpustakaan dan Arsip Daerah Sulawesi Selatan, terdiri dari berbagai macam aksara, yaitu lontara Bugis (Uki Sulapa Eppa’), lontara jangang-jangang, aksara serang (penulisan bahasa Bugis dan Makassar menggunakan aksara Arab), dan tulisan Arab asli terutama untuk naskah keagamaan. Banyak diantara naskah tersebut sudah susah dibaca, baik yang naskah aslinya maupun microfilm-nya. Hal ini disebabkan karena naskah naskah tersebut sudah sangat rapuh, tinta yang digunakan juga sudah banyak meresap kedalam kertasnya, ada juga yang halamannya sudah ada yang hilang atau sobek.

Di kantor Perspustakaan dan Arsip Daerah Sulawesi Selatan juga tersimpan dengan baik naskah Bugis kuno yang tertulis diatas daun lontar. Naskah ini berupa gulungan rol daun lontar yang sambung menyambung. Menurut para pakar orang dulu menggunakan semacam paku kecil untuk menggoreskan huruf huruf diatas helai daun lontar dengan penuh kehati-hatian karena sifat daun lontar yang mudah sobek. Setelah satu helai ditulisi, kemudian ditaburi bubuk hitam sehingga tulisannya kentara dan dapat dibaca dengan jelas. Setelah selesai ditaburi, helai daun lontar kemudian disambungkan dengan helai sebelumnya dengan cara dijahit menggunakan jarum dan benang. Ketika satu naskah dianggap selesai, kemudian helai daun lontar tersebut digulung dan dibuatkan tempat gulungan untuk memudahkan membacanya. Cara membacanya yaitu dengan duduk bersila sambil kedua tangan memutar gulungan rol daun lontar. Biasanya disertai dengan ritual (upacara) kecil.

Jumlah naskah lontara’ Bugis, Makassar dan Mandar yang tersimpan di Perpustakaan dan Arsip Daerah yaitu 4.049 naskah yang semuanya sudah dimicrofilm-kan. Para peneliti atau mahasiswa yang akan membaca dan meneliti naskah lontara hanya akan membaca hasil microfilmnya saja. Naskah aslinya sudah tidak bisa diakses, karena sifat kertasnya yang sudah sangat rapuh. Naskah asli ini biasanya hanya untuk dipajang saat eksibisi (pameran) saja. Hasil microfilm naskah lontara ini selain bisa dibaca di layar Mircrofilm reader, juga bisa discan dan disimpan dalam format .tiff atau .jpg, sehingga bisa diprint langsung, tentu dengan biaya tertentu.

Berbagai macam topik naskah lontara Bugis yang ada di Perpustakaan dan Arsip daerah. Ada lontara Kutika yaitu semacam astrologi nenek moyang orang Bugis dan Makassar. Dalam lontara kutika ini juga disebutkan tentang hari baik dan hari buruk untuk melaksanakan pernikahan, naik rumah baru (rumah orang Bugis dan Makassar zaman dulu berupa rumah panggung), hari permulaan mengerjakan sawah, dan ramalan lainnya. Kepiawaian orang dulu meramu obat juga banyak terekam dalam naskah lontara pabbura’ . Berbagai jenis tanaman herba diramu dan digunakan untuk mengobati penyakit tertentu. Juga ada yang dinamakan lontara Baddili’ lompo yaitu naskah lontara yang membahas tentang strategi perang dan pembuatan senjata. Naskah lainnya, ada yang membahas tentang cara bercocok tanam yang disebut lontara’ Paggalung, kisah kisah tasauf, ajaran Syech Yusuf, naskah keagamaan, pendidikan sex suami istri (lontara akkalaibinengeng), tabiat binatang, silsilah raja (Lontara Pagoriseng), Lontara’ alloping-loping yang merupakan lontara yang mengupas tentang tata cara berlayar dan menangkap ikan. Ada juga lontara’ pattaungeng yang merupakan catatan harian orang Bugis zaman dulu dan lain lain (Tolok Rumpakna Bone, terjemahan oleh Drs. Muhammad Salim 1991).

Karya sastra dalam lontara’ Bugis biasanya terdiri dari larik larik bersambung, namun tidak sedikit yang terdiri dari kalimat kalimat biasa yang sambung menyambung. Lontara yang berlarik larik misalnya epos I La Galigo, Tolo’, Meongpalo, Sure’ Selleyang, Elong Ugi. Sedangkan lontara’ yang terdiri dari kalimat kalimat bersambung misalnya lontara hikayat, kisah, tasauf, dan lontara keagamaan lainnya. Jumlah huruf dari jenis lontara yang berlarik larik tersebut berbeda beda. Elong Ugi biasanya terdiri dari tiga baris masing masing jumlah huruf (lontara’)nya atau sukukata pada aksara latin 8’, 7 dan 6. Terkadang juga cuma dua baris namun jumlah huruf lontaranya harus 21. Adapun Tolo’, Menrurana, dan Meongpalo adalah terdiri dari larik larik yang sambung menyambung yang terdiri dari 8 sukukata atau 8 huruf lontara’ Bugisnya. I La Galigo dan Sure’ Selleyang berlarik 5, 5, 5 atau 10, 10, 10.

Sangat disayangkan bahwa minat generasi muda untuk meneliti naskah lontara Bugis atau Makassar sangat kurang. Padahal, lontara’ Bugis dan Makassar adalah salah satu aspek kebudayaan daerah yang mengandung nilai nilai luhur budaya bangsa. Tanpa adanya usaha usaha untuk melestarikan naskah naskah lontara Bugis dan Makassar maka dikhawatirkan suatu saat, generasi muda Bugis dan Makassar akan kehilangan jatidiri dan karya karya sastra tersebut akan punah terlindas masa…

Gambar: dari koleksi DispusArsip Sulsel




Jokka Jokka Jogja


Diakhir tahun  2022 silam, kami anggota Alumni Sastra 86 Universitas Hasanuddin melaksanakan program acara jalan jalan ke Yogyakarta dengan tajuk “Jokka Jokka Jogja”. Jokka jokka adalah bahasa Bugis artinya ‘Jalan Jalan’.  Program jalan jalan ini sudah direncanakan sejak setahun sebelumnya sehingga ketika tiba waktunya, semuanya berjalan lancar. Supaya para peserta yang semua sudah lolita (lolos 50 tahun  😊  ) dapat menikmati perjalanan dengan santai maka diputuskan untuk menggunakan Kapal Dharma Ferry V, armada kapal laut yang dikelola swasta yaitu PT. Dharma Lautan Utama (DLU). Kapal penumpang yang dimilikinya masih cukup baru dan masih ramai  video reels dan shortnya berseliweran di media sosial dan group Whatsapp.

Jumat malam, 9 Desember 2022, jam 23.00 kamipun berkumpul di pelabuhan Soekarno Hatta Makassar, yaitu Pelabuhan laut yang tersibuk di Indonesia bagian timur. Informasi yang didapat bahwa kapal Dharma Ferry V dari Balikpapan akan berlabuh di Makassar sekitar jam 11 itu. Namun ternyata kapal belum juga berlabuh sampai jam 00 dinihari. Terpaksa kami tetap diruang tunggu, ada yang duduk dan adapula yang berbaring dan tidur di kursi dan sofa. Kebetulan malam itu tidak banyak penumpang, banyak kursi kosong.

Di Pelabuhan Makassar

Terlelap di ruang tunggu karena kelelahan menunggu, sampai akhirnya azan shalat subuh terdengar dari Mushallah kecil disudut gedung pelabuhan. Antri wudhu dan kemudian antri shalat berjamaah, dan kami pun bersiap berangkat. Semua barang bawaan, koper, tas jinjing, dan berbagai macam barang bawaan lainnya dipersiapkan. Tepat pukul 7 pagi baru kami naik kapal.

Kapal Dharma Ferry V ini menyediakan beberapa ruang Klas I, Klas II, Klas III, Klas Ekonomi dan Klas VIP.  Kami memilih Klas I. Klas I terdiri dari 4 tempat tidur, kamar mandi didalam, dan pemandangan laut langsung menghadap ke bagian depan kapal. Suasana perjalanan tenang, laut tenang, dan tidak ada terasa oleng oleng seperti kalau kita naik kapal besar seperti kapal Pelni.

Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 31 jam, kami tiba di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya sekitar jam 2 siang. Kami sudah ditunggu oleh bus yang telah di-booking sebelumnya, lanjut perjalanan ke Solo (Surakarta) melalui Tol Krian, dan kami singgah di Forest Village, satu Rest Area yang dilengkapi dengan warung makan, toilet dan mushallah. Tiba di Solo saat magrib, dan kami singgah di Masjid Raya Sheikh Zayed. Masjid ini awalnya dibangun pada tahun 2021, dan merupakan replika dari Masjid Sheikh Zayed di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Masjid ini merupakan hibah dari Pemerintah Uni Emirat Arab kepada Pemerintah Indonesia. Sayangnya ketika kami tiba, masjidnya belum diresmikan dan belum dibuka untuk umum. Para pengunjung terpaksa hanya bisa berkeliling sekitar masjid dan berfoto. Dalam perjalanan menuju hotel, kami singgah makan malam di Rumah Makan Taman Sari, Colomadu Solo.

Masjid Sheikh Zayed Solo

Selama di Solo kami menginap di Hotel Respati Kasih. Hotelnya sederhana dan bersih dan bersuasana rumah zaman dulu. Vibes-nya klasik dan vintage.  Kalau mau informasi lebih lengkap tentang hotel ini silakan digoogling.

Hari pertama di Yogyakarta kami berkunjung Taman Sari. Taman Sari adalah tempat permandian raja raja Kesultanan Yogyakarta selama ratusan tahun. Saya pribadi sudah 2 atau 3 kali ke destinasi wisata ini dengan rombongan yang berbeda beda. Dari hotel kami naik bus wisata yang telah di booking sebelumnya, menuju ke Taman Sari, namun ternyata busnya tidak lansung ke Taman Sari. Bus hanya sampai disuatu halte dan selanjutnya kami menggunakan shuttle bus Joglosemar untuk menuju ke Taman Sari. Di Taman Sari, ada Pemandu Wisata (guide) khusus yang menjelaskan sejarah Taman Sari di dekat pintu masuk. Ada beberapa guide yang bisa menemani, tapi bisa juga jalan jalan saja seputar Taman Sari tanpa perlu pemandu. Berkunjung ke tempat bersejarah ini kita bisa mengetahui sejarah Yogyakarta secara umum, bisa menyusuri lorong lorong bawah tanah, bisa membayangkan para keluarga raja mandi di kolam yang luas itu ratusan tahun lalu. Tentang Taman Sari ini, saya pernah tulis di komunitas Bengkel Narasi di : https://bengkelnarasi.com/2022/01/06/taman-sari-pemandian-keluarga-sultan-yogyakarta/  

Lorong bawah tanah TamanSari

Selanjutnya dari Taman Sari kami menikmati makan siang di resto Soto Al Barokah di Tegal Rejo Yogya. Resto ini banyak dikunjungi oleh para pejabat dan artis serta selebritas tanah air. Beberapa foto artis dan pesohor terpajang di dinding resto.

HeHa Sky View menjadi tujuan kami selanjutnya. Destinasi wisata ini berada diketinggian berjarak sekitar 40 menit dari pusat kota Yogyakarta. Perjalanan ke HeHa Sky View agak tersendat karena ada beberapa kali terjadi kemacetan. Tempatnya ramai dengan anak muda karena memang sangat banyak spot foto foto selfie yang istilah anak zaman sekarang sangat ‘instagramable’. Banyak juga resto dan food stall dengan harga yang sangat terjangkau bagi pengunjung. Dari tempat ini pengujung bisa melihat kota Yogyakarta dari ketinggian, apalagi kalau malam hari, kelihatan lampu lampu kota yang indah. Dari HeHa Sky view kembali ke kota Yogyakarta dan singgah di Malioboro berbelanja dan menikmati berbagai food street dekat Malioboro.

HeHa Sky View
Hari ke-3 Selasa 13 Desember 2022 kami menuju ke Lava Tour, mengunjungi bekas lava letusan Gunung Merapi beberapa tahun lalu yang menelan cukup banyak korban jiwa dan harta benda. Kami menggunakan mobil jeep dan dari atas Jeep, kami saksikan betapa dahsyatnya bekas letusan gunung. Sebagian tanah bekas lava, masih menghitam, tapi sebagian lainnya sudah mulai ditumbuhi rumput dan tanaman. Kami singgah di bekas rumah korban timbunan lava yang sudah hancur namun dijadikan Museum. Museum korban Gunung Merapi ini juga telah saya ulas  di  https://bengkelnarasi.com/2022/12/19/rumahku-memoriku-di-lereng-merapi/  

Rumah Korban Gn. Merapi yang dijadikan Museum

Masih dengan Jeep yang sama, selanjutnya bertualang mengeksplore Kali Kuning. Di lokasi ini, ada ratusan Jeep warna warni dan kami off road di kali berpasir. Menyenangkan sekaligus menegangkan, karena melewati pasir, air sungai, rumput dengan laju yang cukup kencang sehingga harus berpegangan erat agar tidak sampai terlempar dari mobil jeep terbuka. Pengelola wisata Lava Tour dan Petualangan Kali Kuning ini sangat profesional. Keamanan atau safety sangat diutamakan, sehingg peserta tour merasa tenang dan dapat menikmati petualang.

Off Road di Kali Kuning

Tujuan wisata populer Candi Prambanan menjadi tujuan kami selanjutnya. Sebagian rekan kami, sudah pernah juga berkunjung ke Prambanan, namun sebagian lainnya belum pernah. Kami yang sudah pernah kesini, hanya berfoto foto di luar, sedangkan yang pertama kali berkunjung, sempat masuk ke kompleks candi yang termasuk candi Hindu terbesar di Indonesia ini.

Menjelang sore peserta ‘Jokka Jokka Jogja’ mengunjungi Mal Ambarukmo Plaza, dimana kami menikmati berbagai kuliner Yogya dan belanja. Salah seorang teman alumni Sastra 86 yang bermukim di Malang juga ikut bergabung dengan kami, menjalin silaturrahmi yang lebih 30 tahun terputus.

Mall Ambarukmo Yogyakarta

Hari ke-4 di Yogyakarta, candi terbesar di dunia, Borobudur menjadi tujuan kami. Ternyata pengelola Candi Borobudur tidak lagi membolehkan pengunjung untuk naik ke candi. Pengunjung hanya bisa jalan jalan sekeliling candi. Ada juga info yang mengatakan untuk naik ke candi harus harus membayar dengan jumlah nominal tertentu yang relatif mahal. Padahal beberapa tahun sebelumnya saya sempat naik sampai ke stupa puncak Borobudur. Sebagian teman seperjalanan yang baru pertama ke Borobudur kecewa dengan pelarangan itu. Info tentang Borobudur juga pernah saya narasikan dan dapat dibaca pula di https://bengkelnarasi.com/2022/01/13/pesona-borobudur/    

Perjalanan pulang dari Candi Borobudur kami singgah di salah satu tujuan wisata kekinian yaitu Svargabumi. Tempat wisata ini sebenarnya hanya area persawahan, namun dibagian tengahnya dan pinggirannya dibuatkan spot spot foto yang menarik sehingga pengunjung dapat ber-selfie atau berfoto rombongan dari berbagai sudut dengan berbagai macam property foto. Pada bagian luar lokasi wisata ini, tersedia banyak mobil Volkswagen atau dikenal dengan nama populer ‘VW Kodok’. Ada yang modelnya seperti mobil dinas para camat di era Orde Baru tahun 1980an. Lokasi Svargabumi ini juga sudah pernah saya bahas di https://bengkelnarasi.com/2022/12/22/svargabumi-wisata-ditengah-sawah/  


Keesokan harinya adalah hari terakhir di Yogya dan selanjutnya kami melakukan perjalanan
  bus menuju Surabaya untuk selanjutnya naik kapal Ferry Darma Kencana VII di pelabuhan Tanjung Perak kembali ke Makassar. Perjalanan selama sepekan yang penuh kenangan indah tak terlupakan bersama sahabat sahabat Sastra 86 Universitas Hasanuddin Makassar.

 

 



Strategi Perpustakaan dalam Menghadapi Tantangan Media Sosial

Strategi Perpustakaan dalam Menghadapi Tantangan Media Sosial Pendahuluan Perpustakaan merupakan tempat yang penting dalam menyediakan aks...

Popular Posts